Minggu, 10 September 2017

"HARAPAN PALSU KEPADA RAKYAT"

"HARAPAN PALSU KEPADA RAKYAT"

Banyak masyarakat yang masih jauh dari kata kesejahtraan. Terlihat dari berbagai macam daerah yang para rakyatnya masih merintih atas harapan palsu dari pemerintahnya yang menjanjikan kesejahtraan. Para petani di desa dan para nelayan dipesisir pantai, hanya menjadi buah janji dari pemerintah yang katanya mengsejahtrakan mereka. Namun sampai hari ini belum ada bukti dari semua itu.
Sebuah permasalahan yang patut diperjuangkan oleh pemuda pemudi bangsa indonesia. Karena permasalahan ini mengatasnamakan Rakyat indonesia. Bukan soal agar menjadi pahlawan tapi soal melawan apa yang menjadi kekeliruan bangsa ini.
Kita ketahui bersama bahwa, sumber daya alam dan sumber daya manusia di Indonesia sangat berpotensi untuk kesejahtraan masyarakat. Tapi semuanya hanya menjadi kesenjangan sosial semata. Sebab di Negri ini, yang kaya makin kaya dan yang miskin pula makin terpuruk. Dimana kesejahtraan itu.?

"Kami begitu bangga engkau jadi penguasa
Kami begitu bahagia saat engkau berjanji
Mengsejahtrakam kami yang sedang berdiri
Berdiri diatas tanah milikmu yang didalamnya kami hanya numpang..
Dulu, kami dengar engkau
Kini, tolong dengarkan suara kami
Yang merintih mengharapkan janjimu
Janjimu yang sampai hari ini tanpa bukti
Yang katanya kesejahtraan untuk rakyat
Namun nyatanya kesejahtraan itu tak ada".

Aku pernah menginap beberapa malam disebuah desa yang memiliki hasil pertanian yang kurang dari cukup. Muncul rasa ibah dari hati ini dikarenakan betapa lelahnya mereka bekerja dengan kegigihan mereka agar dapat bertahan hidup hingga esok hari. Ada seorang pak tua yang kesehariannya membajak sawah, ia hidup hanyalah sebatang kara. pekerjaannya hanya membajak sawah warga yang sudah melewati masa panen, tempat pencahariannya hanya disitu, sebab ia tak punya siapa-siapa dan apa-apa lagi di desa itu.
 Aku pernah mendengar ceritra dari beberapa orang yang dekat dengan bapak tua itu. Katanya, dulu ia memiliki banyak tanah dan lahan pertanian peninggalan bapaknya. Tetapi dahulu tanah di desa itu masih banyak yang tidak memiliki sertifikat tanah. Sehingga, 7 tahun setelah orang tua dari bapak tua itu meninggal dunia, pemerintah telah mengambil alih tanah ataupun lahan yang tidak memiliki sertifikat. Alasannya agar pertambangan ataupun perkebunan kelapa sawit bebas masuk ke desa itu.
 Karena bapak tua itu tak punya siapa-siapa lagi akhirnya ia merelakan semuanya. Ia tidak pernah menggugat apa-apa tentang konflik ini, dikarenakan ia tidak memiliki bukti yang kuat untuk mempertahankan haknya.
 Itulah sedikit cerita yang aku dengarkan dari beberapa petua-petua di desa itu.
 Aku melihat semangat kerja keras dari pak tua itu, setiap hari ia menancapkan kakinya yang bagaikan besi itu kedalam lumpur-lumpur yang kotor hanya untuk mencari kebutuhan hidup untuk esok hari.
Dilihat dari potensi pertanian di desa itu sebenarnya sangat berpotensi untuk masyarakatnya. Namun segalanya dibatasi oleh keterbatasan ekonomi yang semakin menurun. Katanya, dua tahun yang lalu ada seorang Calon Bupati yang datang berkampanye di desa itu. Ia pernah berjanji untuk membantu para petani disana, membagikan tanah kepada warganya dengan adil dan juga memberikan segala kebutuhan yang dibutuhkan untuk mengolah ataupun memproduksi hasil dari pertanian itu.

Janji yang dari beberapa tahun lalu tak pernah dilupakan oleh masyarakat, mereka berharap kedepannya masih ada pandangan dari pemimpin mereka kepada mereka. Bukan hanya mementingkan kemajuan dan pembangunan tata kota, tetapi berfikir juga untuk mensejahtrakan masyarakat yang ada di pedesaan, sehingga kemajuan kota berangkat dari kemajuan pedesaan.
 Dua malam aku menginap disana, seakan-akan adalah waktu yang sangat singkat untukku menggali dan mencari tau apa yang menjadi penyebab kesenjangan sosial di Negri ini.

Dan masih banyak lagi konflik-konflik yang harus digaris bawahi di negri ini, bukan hanya dalam satu sektor saja.
 Kita sudah bisa menyimpulkan tentang dimama kemerdekaan kita hari ini.?  Jika masalah ataupun konflik seperti ini tak kunjung terselesaikan oleh mereka yang sudah bersumpah untuk kepentingan rakyat. Namun setelah mereka berkuasa maka rakyat tak penting lagi bagi mereka, yang terpenting itu adalah kekuasaan bagi mereka.
 Jika mereka berbicara tentang kepentingan rakyat, maka rakyat yang seperti apa.? Apakah hanya segelintir orang saja.? Mungkin jawabannya iya, karena ini dilihat dari kondisi yang objektif, kondisi yang nyata bahwa hanya segelintir orang yang dipentingkan, Yaitu orang-orang yang berduit, orang-orang yang memiliki modal untuk memberikan investasi di negri ini.
 Lalu bagaimana dengan rakyat jelata, rakyat yang papah.? Sebab berbicara soal rakyat, rakyat itu luas, rakyat itu menyanykut seluruh penduduk yang berada di negri ini, dari yang muda sampai yang tua itu adalah rakyat. Bukan hanya segelintir orang saja.

Dari beberapa contoh yang bisa kita ambil, salah satunya konflik pembangunan pabrik semen di Kendeng, jawa timur. PT semen indonesia membangun pabrik diatas tanah rakyat dan dekat dengan lahan pertanian warga masyarakat disana. Masyarakat kendeng sudah menolak keras atas pembangunan pabrik semen tersebut dikarenakan telah merugikan para petani yang berada disekitarnya. Kerugian petani-petani disana adalah kehilangan tanah dan juga rusaknya  tanaman-tanaman mereka. Mereka sudah melakukan aksi demonstrasi dengan berjalan kaki ke istana merdeka hingga ratusan kilo meter jauhnya mereka tempuh hanya untuk menuntut menghentikan pembangunan pabrik semen tersebut. Aksi tersebut bukan hanya diikuti oleh laki-laki saja tetapi perempuan bahkan ibu-ibu pun ikut serta dalam aksi itu. Dan yang lebih parahnya lagi, ada 9 perempuan yang rela mencor kakinya dalam aksi didepan istana merdeka.

 Teramat jelas terlihat kekejaman mereka, di balik senyum yang tipis terdapat jiwa iblis, mereka ketakutan dengan kekuatan mereka yang konyol itu, mengancam manusia dengan taring busuk mereka, dengan penuh keramat yang teramat buas, hingga mereka lupa sejatinya kehidupan ini, dewasa ini pun tak menyadari gerak-gerikNya, penuh dengan kecondongan penjajah yang berpangkat, air mata berganti menjadi darah, keringat berganti menjadi nanah, mereka tak punya belas kasih, yang terpenting bagi mereka hanyalah amunisi raga pun amunisi alat, anak kecil berlarian berteriak mama tak ubahNya pemikiran mereka, seorang Lansia bertahan dengan segala kekuatanNya, agar regenerasiNya tak merasakan Kekejaman itu,. Anak negri merintih dengan tangis yang makin menjadi, dengan segala perlawanan yang ada, sebab diam hanyalah jalan menuju jurang kehancuran,
Berdiri tegak dengan semangat juang perlawanan adalah jalan yang berproses menuju puncak kejayaan.
  Bagi masyarakat yang seperti itu kemenangan perlawanan adalah kejayaan bagi mereka, sebab tak adalagi penindasan serta pembodohan yang mereka dapatkan jika mereka telah mencapai yang namanya puncak kejayaan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Cari Blog Ini

Ordered List

Recent Posts

Unordered List

Featured Post

Tergerusnya gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme

Tergerusnya   gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme Bukan sesuatu yang asing lagi mengenai persoalan perempuan, sejak per...

Pages

Theme Support