Tergerusnya gerakan feminisme dalam ruang-ruang
subjektifisme
Bukan sesuatu yang asing lagi mengenai persoalan
perempuan, sejak peralihan dari matrilineal ke patrilineal eksploitasi terhadap
kaum perempuan tidak terhindarkan lagi. Dimana sejak peralihan tersebut,
dominasi laki-laki terhadap perempuan seakan adalah sebuah kewajaran.
Namun hal tersebut telah memicu berbagai perlawanan
kelompok perempuan, untuk mendapatkan kesetaraan, persamaan derajat dengan laki-laki
dan terbebasnya dari Eksploitasi, Yang kemudian dikenal dengan ilmu Feminisme.
feminisme bukanlah perjuangan emansipasi perempuan
dihadapan laki-laki saja, karena mereka sadar bahwa laki-laki (terutama kaum
proletar) mengalami penderitaan yang diakibatkan oleh dominasi,eksploitasi
serta represi dari system yang tidak manusiawi. Pada intinya gerakan feminisme adalah perjuangan dalam
rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju sistem
yang adil bagi perempuan dan laki-laki. Pada hakikatnya gerakan Feminisme mempunyai 1 (satu) ciri dasar, yaitu: kesadaran,
dengan adanya rasa sadar kita bisa mengetahui bahwa sesungguhnya gerakan feminisme itu perlu dipelajari. Karena
feminism adalah salah satu perjuangan untuk menciptakan perubahan sosial.
Akhir-akhir ini khususnya Negara Indonesia, telah
bangkit berbagai gerakan feminism,simpatisan feminism,dan bahkan telah bertransformasi menjadi kelompok-kelompok yang
tidak dapat teridentifikasi. Terdapat berbagai pertanyaan dewasa ini, apakah
laki-laki dapat menjadi feminis.? Pertanyaan tersebut mengingatkan penulis pada
seseorang yang lagi terkenal di berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Beliau adalah
Rocky Gerung seseorang yang lagi viral diberbagai media, tapi pada tulisan kali
ini, penulis bukan ingin membahas soal naik daunnya Rock Gerung melainkan
mengingat kuliah umum yang berlangsung di kantor Yayasan Jurnal Perempuan pada
hari Kamis, 6 Juli 2017.
Beliau mengatakan: “menjadi feminis bukan hanya
kecerdasan akademis belaka, menjadi feminis adalah sebuah panggilan etis”[1] berangkat dari argumentasi
beliau kita dapat menjawab pertanyaan di atas, bahwa laki-laki dapat menjadi
feminis. Ini bukanlah pengetahuan baru atau jawaban baru, karena penulis merasa sudah banyak yang
mengetahui jawaban ini, Bahwa feminisme adalah panggilan etis. Sehingga dalam
mempelajari feminisme kita tidak dapat dibatasi dengan perbedaan seks atau
jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki dalam hal biologis.
Dewasa ini, penulis merasa sebagian orang mengartikan
feminisme tidak lagi sebagai panggilan etis, tetapi sebagai ilmu untuk mendapat
persetubuhan gratis. Mengapa demikian.? Seperti yang tertulis diatas ciri dasar
dari feminisme adalah kesadaran, dalam proses penyadaran kita dapat menemukan
orang-orang yang menggunakan feminisme untuk membuat wanita terkagum-kagum dengan
kecerdasannya. Sehingga membuat sang wanita jatuh dalam pelukannya yang
berujung pada persetubuhan gratis.
Adapun keberhasilan (kegoblokan) dalam proses
penyadaran, tetapi yang terjadi adalah liberalisasi tubuh sendiri dengan dalil
kesetaraan. Yang kemudian menjadikan liberalisasi tubuh sebagai standar dari
keberhasilan ilmu feminisme. Sadar atau tidak liberalisasi tubuh adalah bagian
untuk mempertahankan system yang tidak manusiawi. Sehingga ilmu feminisme
menjadi perjuangan emansipasi terhadap laki-laki saja, disisi lain laki-laki
telah menjalankan kewajiban budaya patrilineal. Kemalasan berfikir bagaimana
yang sedang terjadi dinegara kita.?
Tidak sebatas itu saja, kita dapat menemukan kelompok
perempuan menjadikan tubuhnya untuk menjerat laki-laki kedalam ranah hukum,
menjadikan standarisasi keberhasilan feminisme adalah menjebloskan semua lelaki
dalam jeruji besi.
Persoalan diatas menjadi tolak ukur, bahwa sejatinya feminisme
mulai tergerus yang lama kelamaan terjerumus dalam subjektifitas, persoalan
tersebut didasari oleh super ego dari kedua bela pihak. Sejatinya feminisme
bukanlah perjuangan emansipasi perempuan dihadapan laki-laki saja tetapi feminisme
adalah bagian dari perubahan system yang tidak manusiawi.
Begitupun sebaliknya, feminisme bukan cabang ilmu
untuk menggorogoti tubuh wanita apalagi sampai meliberalkan tubuh tersebut,
karena feminisme adalah ethic of right, tentang kepeduliaan bukan tentang keperluan.
Cabang ilmu feminisme yang mulai
berkembang pada awal abad ke-16, menuntut kita untuk jauh berfikir dengan
analisis objektif, dimana berbagai kesenjangan yang dialami oleh kedua belah
pihak diakibatkan oleh system ekonomi-politik. Sehingga feminisme tidak
bersifat sempit melainkan bersifat universal, seperti yang disebutkan diatas
bahwa ciri dasar dari feminisme adalah kesadaran.
Dimana pentingnya kolaborasi
antara ilmu sosialisme dengan ilmu feminisme harus dilakukan karena kedua ilmu
tersebut adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, dominasi terjadi
akibat adanya monopoli oleh segelitir orang.karena feminisme adalah jalan
perubahan massal bukan perbudakan massal. Hentikan eksploitasi
dengan berdalilkan feminisme. Karena tidak akan adanya kesetaraan tanpa
pembebasan perempuan.
[1] https://www.jurnalperempuan.org/warta-feminis/rocky-gerung-menjadi-laki-laki-feminis-bukan-soal-kecerdasan-akademik-belaka-melainkan-sebuah-panggilan-etis
0 komentar:
Posting Komentar