Bocah kehilangan dunianya
Jason mandagi
Semua manusia memiliki fase perkembangan, tak ada satu manusia pun yang langsung dewasa, pasti ia akan melewati fase perkembangannya dari bayi, balita,anak-anak,remaja,dan seterusnya. Ketika manusia lahir maka ia akan mengenal banyak hal, ia akan belajar dimana saja dan dengan siapa saja, ia akan mencari tujuan hidupnya dan ia pasti akan bercita-cita.
Orang pertama yang menjadi gurunya adalah orang tuanya sendiri, orang yang telah melahirkan ia kemuka bumi ini, setelah ia tumbuh dewasa ia akan mengenyam dunia pendidikan dari SD,SMP, dan seterusnya,inilah yang saya maksud akan fase perkembangan manusia. Tapi dalam fase perkembangan manusia terdapat begitu banyak dinamika atau warna di dalamnya, setiap manusia berbeda-beda dari karakter, cara berfikir, budaya, ekonomi,politik,dll,Itu semua dibentuk dalam fikiran manusia.
Dan yang paling berperan aktif dalam pembentukan nalar berfikir manusia adalah lingkungan keluarga dan lingkungan social, dari lingkungan keluargalah yang cenderung membentuk budaya feodalisme, sehingga sang anak menganut budaya tersebut, dan mebawanya sampai kegenerasinya yang berikut, sadar dengan tidaknya bahwa budaya semacam itu malah menghilangkan daya kritik sang anak, membuat mental sang anak cenderung menjadi lemah.
Dan bahkan tidak hanya budaya feodal saja, budaya patriaki pulah embrionya berasal dari lingkungan keluarga, budaya patriarki atau yang sebut “garis bapak”, budaya ini cenderung membuat sang anak menjadai penindas atau yang tertindas, pasti pertanyanya, anak mana sih yang menindas.? Dan anak mana yang tertindas.?
Jawabannya sangat jelas anak yang menindas adalah anak laki-laki dan anak yang tertindas adalah anak perempuan, budaya ini sangat berpengaruh sampai ke lingkungan social, dan bahkan membuat anak perempuan mengalami hukum social yang begitu luar biasa.
Contoh sederhana budaya patriaki, anak perempuan tak bisa keluar lewat dari jam yang sudah di tentukan, seorang perempuan tempatnya di sumur, di dapur, dan di kasur, itu contoh sekilas mengenai budaya patriarki,ketika sang anak perempuan melanggar itu semua maka ia akan di hukum oleh lingkungan sosialnya, mungkin ia tak di penjara, mungkin ia tak berada dalam kamar besi, tapi ia akan menjadi bahan cerita tetangga maupun manusia yang lain, itu yang di maksud dengan hukum social, dan hukum social lebih buruk di banding hukum eropa continental dan hukum anglo saxon, karena dampak dari hukum social begitu luar biasa, tidak hanya si anak yang merasakan hukumnya, tapi orang tuanya juga ikut dihukum, apakah dengan ilustrasi di atas kalian masih akan mempertahankan budaya-budaya seperti itu.?
Tidak hanya itu saja politik juga berpengaru dalam pembentukan nalar berfikir manusia, gerakan politik ORBA adalah bentuk nyata menghilangkan daya kritik kaum intelektual atau sang anak, gerakan politik ORBA juga membuat sang anak menjadi tak merdeka lagi, mau mencari pengetahuan tapi dibatasi, mau membaca buku, tapi di batasi buku yang bisa dibaca, bahkan ORBA menghilangkan seorang Tan malaka yang di kenal sebagai bapak republic, Tan malaka dihapus dari dunia kepahlawanan, dan bahkan ia di hilangkan dari buku sejarah, kalau kita ingat kembali kalimat dari toko revolusi Indonesia atau yang sering di sebut Soekarno. Ia berkata: jangan sekali-kali melupakan sejarah atau yang dikenal dengan sebutan JAS MERAH.
Propaganda ORBA sangat Nampak hari ini, neoliberalisme yang terbentuk di era orde baru, sampai saat ini atau sampai era pasca reformasi hari ini masih sangat berperan aktif, untuk membodohi anak bangsa kita, ketika kita ingin beraspirasi selalu ada halangan di depan kita, dari begitu banyak halangan yang paling berat adalah lingkungan keluarga, kisah traumatic yang pernah dikisahkan di Negara kita ini, dan yang manjadi pemeran utamanya adalah Soeharto.
Kisah yang pernah iya cetuskan membuat anak-anak di era ini menjadi penakut, bungkam dan tak terarah lagi, seakan perahu kita kehilangan nakodanya, aku jadi teringat kalimat yang di keluarkan oleh PRAM ia berkata “hidup hanya sekedar hidup, kera di rimba juga hidup” seakan cerita yang di tuliskan PRAM dalam bukunya yang berjudul di negri blora, seakan kejadian itu terjadi lagi di era pasca reformasi hari ini.
Kalian tahu.! Dampak politik ORBA yang diperankan oleh Soeharto, membuat anak yang baru lahir sudah mempunyai hutang sebesar 20 juta, dari anak orang tua bahkan bayipun nominal hutangnya itu sama, dan bahkan lebih dari yang saya tuliskan, dengan fakta yang kita ketahui ini apakah kalian akan diam ketika kekuatan ORBA akan kembali.
Mungkin kalian pernah mendengar lagu karya iwan fals, judulnya galang rambu anarki, lagu itu adalah bentuk kritik terhadap sistem ekonomi politik orde baru, “BBM membumbung tinggi maafkan kedua orang tuamu tak mampu membeli susu, BBM melambung tinggi susu tak terbelih”, dengan lirik lagu yang saya tuliskan sangat jelas penderitaan rakyat di masa itu, bahkan susu untuk sang anak, untuk orang yang nantinya akan melannjutkan bangsa ini tak bisa di belih.
Orang bungkam mulut membisu adalah kebahagiaan bagi ORBA ketika kalian bungkam maka jayalah dinasti ORBA, sistem yang kita tahu bersama seperti apa bobroknya.
Maka itu saya mengatakan bocah kehilangan dunianya, kalian adalah bocah yang tak tau dunia kalian lagi, karena dari budaya, ekonomi,politik dll, kalian telah di doktrin menjadi manusia yang tunduk manusia yang tak tau dunia nyata, kalian di hipnotis menuju ke bawah alam sadar kalian, sehingga doktrin tersebut mengakar di kepala kalian yang nantinya akan kalian wariskan ke generasi kalian yang berikutnya.
Sungguh malang nasib anak-anak berikutnya, mereka menanggung beban yang dibuat oleh kalian.
Kalau kalian tak menginginkan hal itu terjadi dari sekarang kalian harus membuka ckrawala berfikir dengan seluas-luasnya, jangan sampai kalian membuat generasi kalian yang berikutnya harus hidup menderita.
Manusia adalah mahluk yang special di banding mahluk yang lain, cara berfikir manusia melebihi mahluk yang lain, tapi apakah karunia yang telah diberikan itu akan kalian sia-siakan hanya karena kalian tidak mau tuk melawan.
Apakah fikiran kalian itu hanya akan menjadi hiasan di kepala kalian.?
Sangat di sayangkan kaum intelektual hanya menjadi kaum tukang gosip, hanya menjadi pasar berjalan, bukan itu yang inginkan negri ini, bukan itu yang butuhkan di negri ini.
Negri ini membutukan bocah revolusioner, membutukan kaum progresif, akhir-akhir ini kekuatan ORBA akan bangkit kembali, kalau kalian diam, apa guna banyak baca kalau hanya untuk mengibuli saja, apa guna punya ilmu tinggi kalau mulut hanya terbungkam dan membisu.
Kapitalisme sedang menggali liang kuburnya sendiri tapi bukan berati kita hanya duduk diam dan menunggu krisis capital, sama halnya pulah akan sosialisme yang tak akan jatuh dari langit dengan sendirinya.
22 September 2017, didalam gedung aku berteduh, dari kemunafikan penguasa.
Tuk kesekian kalinya, jiwaku di uji oleh duniawi. Di uji oleh wanita.
Tuk berkian kalinya, kan kuteriakan, kebebasan atas dunia.
Dan tuk terakhir kalinya, aku melihat tangisan rakyat.
Sebab sosialisme, harus di perjuangkan.
Jason mandagi
Semua manusia memiliki fase perkembangan, tak ada satu manusia pun yang langsung dewasa, pasti ia akan melewati fase perkembangannya dari bayi, balita,anak-anak,remaja,dan seterusnya. Ketika manusia lahir maka ia akan mengenal banyak hal, ia akan belajar dimana saja dan dengan siapa saja, ia akan mencari tujuan hidupnya dan ia pasti akan bercita-cita.
Orang pertama yang menjadi gurunya adalah orang tuanya sendiri, orang yang telah melahirkan ia kemuka bumi ini, setelah ia tumbuh dewasa ia akan mengenyam dunia pendidikan dari SD,SMP, dan seterusnya,inilah yang saya maksud akan fase perkembangan manusia. Tapi dalam fase perkembangan manusia terdapat begitu banyak dinamika atau warna di dalamnya, setiap manusia berbeda-beda dari karakter, cara berfikir, budaya, ekonomi,politik,dll,Itu semua dibentuk dalam fikiran manusia.
Dan yang paling berperan aktif dalam pembentukan nalar berfikir manusia adalah lingkungan keluarga dan lingkungan social, dari lingkungan keluargalah yang cenderung membentuk budaya feodalisme, sehingga sang anak menganut budaya tersebut, dan mebawanya sampai kegenerasinya yang berikut, sadar dengan tidaknya bahwa budaya semacam itu malah menghilangkan daya kritik sang anak, membuat mental sang anak cenderung menjadi lemah.
Dan bahkan tidak hanya budaya feodal saja, budaya patriaki pulah embrionya berasal dari lingkungan keluarga, budaya patriarki atau yang sebut “garis bapak”, budaya ini cenderung membuat sang anak menjadai penindas atau yang tertindas, pasti pertanyanya, anak mana sih yang menindas.? Dan anak mana yang tertindas.?
Jawabannya sangat jelas anak yang menindas adalah anak laki-laki dan anak yang tertindas adalah anak perempuan, budaya ini sangat berpengaruh sampai ke lingkungan social, dan bahkan membuat anak perempuan mengalami hukum social yang begitu luar biasa.
Contoh sederhana budaya patriaki, anak perempuan tak bisa keluar lewat dari jam yang sudah di tentukan, seorang perempuan tempatnya di sumur, di dapur, dan di kasur, itu contoh sekilas mengenai budaya patriarki,ketika sang anak perempuan melanggar itu semua maka ia akan di hukum oleh lingkungan sosialnya, mungkin ia tak di penjara, mungkin ia tak berada dalam kamar besi, tapi ia akan menjadi bahan cerita tetangga maupun manusia yang lain, itu yang di maksud dengan hukum social, dan hukum social lebih buruk di banding hukum eropa continental dan hukum anglo saxon, karena dampak dari hukum social begitu luar biasa, tidak hanya si anak yang merasakan hukumnya, tapi orang tuanya juga ikut dihukum, apakah dengan ilustrasi di atas kalian masih akan mempertahankan budaya-budaya seperti itu.?
Tidak hanya itu saja politik juga berpengaru dalam pembentukan nalar berfikir manusia, gerakan politik ORBA adalah bentuk nyata menghilangkan daya kritik kaum intelektual atau sang anak, gerakan politik ORBA juga membuat sang anak menjadi tak merdeka lagi, mau mencari pengetahuan tapi dibatasi, mau membaca buku, tapi di batasi buku yang bisa dibaca, bahkan ORBA menghilangkan seorang Tan malaka yang di kenal sebagai bapak republic, Tan malaka dihapus dari dunia kepahlawanan, dan bahkan ia di hilangkan dari buku sejarah, kalau kita ingat kembali kalimat dari toko revolusi Indonesia atau yang sering di sebut Soekarno. Ia berkata: jangan sekali-kali melupakan sejarah atau yang dikenal dengan sebutan JAS MERAH.
Propaganda ORBA sangat Nampak hari ini, neoliberalisme yang terbentuk di era orde baru, sampai saat ini atau sampai era pasca reformasi hari ini masih sangat berperan aktif, untuk membodohi anak bangsa kita, ketika kita ingin beraspirasi selalu ada halangan di depan kita, dari begitu banyak halangan yang paling berat adalah lingkungan keluarga, kisah traumatic yang pernah dikisahkan di Negara kita ini, dan yang manjadi pemeran utamanya adalah Soeharto.
Kisah yang pernah iya cetuskan membuat anak-anak di era ini menjadi penakut, bungkam dan tak terarah lagi, seakan perahu kita kehilangan nakodanya, aku jadi teringat kalimat yang di keluarkan oleh PRAM ia berkata “hidup hanya sekedar hidup, kera di rimba juga hidup” seakan cerita yang di tuliskan PRAM dalam bukunya yang berjudul di negri blora, seakan kejadian itu terjadi lagi di era pasca reformasi hari ini.
Kalian tahu.! Dampak politik ORBA yang diperankan oleh Soeharto, membuat anak yang baru lahir sudah mempunyai hutang sebesar 20 juta, dari anak orang tua bahkan bayipun nominal hutangnya itu sama, dan bahkan lebih dari yang saya tuliskan, dengan fakta yang kita ketahui ini apakah kalian akan diam ketika kekuatan ORBA akan kembali.
Mungkin kalian pernah mendengar lagu karya iwan fals, judulnya galang rambu anarki, lagu itu adalah bentuk kritik terhadap sistem ekonomi politik orde baru, “BBM membumbung tinggi maafkan kedua orang tuamu tak mampu membeli susu, BBM melambung tinggi susu tak terbelih”, dengan lirik lagu yang saya tuliskan sangat jelas penderitaan rakyat di masa itu, bahkan susu untuk sang anak, untuk orang yang nantinya akan melannjutkan bangsa ini tak bisa di belih.
Orang bungkam mulut membisu adalah kebahagiaan bagi ORBA ketika kalian bungkam maka jayalah dinasti ORBA, sistem yang kita tahu bersama seperti apa bobroknya.
Maka itu saya mengatakan bocah kehilangan dunianya, kalian adalah bocah yang tak tau dunia kalian lagi, karena dari budaya, ekonomi,politik dll, kalian telah di doktrin menjadi manusia yang tunduk manusia yang tak tau dunia nyata, kalian di hipnotis menuju ke bawah alam sadar kalian, sehingga doktrin tersebut mengakar di kepala kalian yang nantinya akan kalian wariskan ke generasi kalian yang berikutnya.
Sungguh malang nasib anak-anak berikutnya, mereka menanggung beban yang dibuat oleh kalian.
Kalau kalian tak menginginkan hal itu terjadi dari sekarang kalian harus membuka ckrawala berfikir dengan seluas-luasnya, jangan sampai kalian membuat generasi kalian yang berikutnya harus hidup menderita.
Manusia adalah mahluk yang special di banding mahluk yang lain, cara berfikir manusia melebihi mahluk yang lain, tapi apakah karunia yang telah diberikan itu akan kalian sia-siakan hanya karena kalian tidak mau tuk melawan.
Apakah fikiran kalian itu hanya akan menjadi hiasan di kepala kalian.?
Sangat di sayangkan kaum intelektual hanya menjadi kaum tukang gosip, hanya menjadi pasar berjalan, bukan itu yang inginkan negri ini, bukan itu yang butuhkan di negri ini.
Negri ini membutukan bocah revolusioner, membutukan kaum progresif, akhir-akhir ini kekuatan ORBA akan bangkit kembali, kalau kalian diam, apa guna banyak baca kalau hanya untuk mengibuli saja, apa guna punya ilmu tinggi kalau mulut hanya terbungkam dan membisu.
Kapitalisme sedang menggali liang kuburnya sendiri tapi bukan berati kita hanya duduk diam dan menunggu krisis capital, sama halnya pulah akan sosialisme yang tak akan jatuh dari langit dengan sendirinya.
22 September 2017, didalam gedung aku berteduh, dari kemunafikan penguasa.
Tuk kesekian kalinya, jiwaku di uji oleh duniawi. Di uji oleh wanita.
Tuk berkian kalinya, kan kuteriakan, kebebasan atas dunia.
Dan tuk terakhir kalinya, aku melihat tangisan rakyat.
Sebab sosialisme, harus di perjuangkan.