Piidato jang dibatjakan Saudara Weston kepada kita bisa diringkaskan dalam beberapa kalimat.
Segala alasan²nja pada pokoknja adalah sebagai berikut; Djika klas buruh memaksa klas kapitalis membajar lima shilling[2]
dan bukan empat shilling dalam bentuk upah uang, maka kaum kapitalis
akan membalas dengan nilai empat shilling dalam bentuk barangdagangan
dan bukan nilai lima shilling. Klas buruh akan harus membajar lima
shilling untuk sesuatu jang, sebelum kenaikan upah, mereka beli dengan
empat shilling. Akan tetapi mengapa begitu? Mengapa kaum kapitalis hanja
mengambalikan nilai empat shilling untuk lima shilling? Oleh sebab
djumlah upah adalah tetap. Akan tetapi mengapa ia tetap pada
barangdagangan senilai empat shilling? Mengapa tidak tiga, atau dua,
atau djumlah apa sadja jang lain? Djika batas djumlah upah ditetapkan
dengan hukum ekonomi, terlepas baik dari kemauan kapitalis maupun
kemauan buruh, soal pertama jang harus Saudara Weston lakukan adalah
menjatakan hukum itu dan membuktikannja. Dan lagi, dia harus membuktikan
bahwa djumlah upah jang sesungguhnja dibajarkan pada setiap waktu
senantiasa bersesuaian tepat dengan djumlah upah seharusnja, dan tidak
pernah menjimpang daripadanja. Djika, dilain pihak, batas tertentu dari
djumlah upah didasarkan pada kemauan se-mata² dari kapitalis,
atau batas² dari keserakahannja, maka ini adalah batas jang
sewenang-wenang. Tidak ada sesuatu keharusan apapun didalamnja. Ia boleh
diubah oleh kemauan kapitalis, dan karenanja boleh diubah bertentangan dengan kemauannja.
Saudara Weston mengilustrasikan teorinja dengan menerangkan kepada
saudara bahwa djika sebuah basi berisikan sup dalam kwantitet tertentu,
jang akan dimakan oleh sedjumlah orang tertentu, maka bertambah lebarnja
sendok² tidaklah akan menghasilkan bertambah banjaknja sup. Dia harus
membolehkan saja untuk menganggap gambaran ini sebagai sesuatu jang
terlalu diliputi oleh alam sendok.[3]
Ini mengingatkan saja agaknja kepada persamaan jang dipakai oleh
Manenius Agrippa. Sewaktu kaum plebejer Rumawi mogok terhadap kaum
patrisia Rumawi, patrisia Agrippa mengatakan kepada mereka, bahwa perut
patrisia memberi makan kepada anggota² plebejer dari tubuh politik.
Agrippa tidak menundjukkan, bahwa orang memberi makan kepada anggota²
tubuh seseorang dengan mengisi perut orang lain. Saudara Weston sendiri
melupakan, bahwa basi, darimana buruh mengambil makanan, teriti dengan
seluruh hasilproduksi kerdja nasional, dan bahwa apa jang menghalangi
mereka untuk mengambil lebih banjak daripadanja bukanlah sempitnja basi
ataupun kurangnja isinja, akan tetapi semata-mata ketjilnja sendok²
mereka.
Dengan akal bagaimanakan kapitalis dimungkinkan mengembalikan nilai
empat shilling untuk lima shilling? Dengan menaikkan harga
barangdagangan jang didjualnja. Sekarang, apakah kenaikan dan pada
umumnja perubahan dalam harga barangdagangan, apakah harga
barangdagangan itu sendiri, bergantung kepada kemauan melulu dari
kapitalis? Ataukah, sebaiknja, ada sjarat² tertentu diperlukan untuk
mewudjudkan kemauan itu? Djika tidak, turun-naik, pasang-surut jang
tiada putusnja dari harga² pasar, mendjadi teka-teki jang tak
terpetjahkan.
Karena kita misalkan, bahwa tidak ada perubahan apapun terdjadi, baik
dalam daja produktif kerdja, atau dalam djumlah kapital dan kerdja jang
dipakai, atau dalam nilai uang dalam mana nilai² baranghasil² diukur,
akan tetapi hanja ada perubahan dalam tingkat upah, bagaimana kenaikan upah itu bisa mempengaruhi harga² barangdagangan? Hanja dengan mempengaruhi perimbangan sesungguhnja antara permintaan akan, dan penawaran dari, barangdagangan tersebut.
Adalah benar samasekali bahwa, ditindjau setjara keseluruhan, klas
buruh membelandjakan, dan harus membelandjakan penghasilannja untuk bahan² kebutuhan. Kenaikan umum dalam tingkat upah djadinja akan menghasilkan kenaikan dalam permintaan akan, dan karenanja dalam harga² pasar dari, bahan² kebutuhan.
Kaum kapitalis jang memproduksi bahan² kebutuhan ini akan terganti
kerugiannja untuk kenaikan upah itu dengan naiknja harga² pasar dari
barangdagangan mereka. Akan tetapi bagaimana dengan kapitalis² lainnja,
jang tidak menghasilkan bahan² kebutuhan? Dan saudara djangan
sangka, bahwa mereka merupakan golongan jang ketjil. Djika saudara
perhatikan, bahwa dua pertiga dari hasilproduksi nasional dihabiskan
oleh seperlima dari penduduk-seorang anggota Dewan Perwakilan Rakjat
baru² ini menjatakan hanja sepertudjuh dari penduduk-saudara akan
mengerti betapa sangat besarnja bagian dari produksi nasional jang harus
dihasilkan dalam bentuk barang² mewah, atau ditukarkan untuk
barang² mewah, dan betapa sangat besarnja djumlah barang² kebutuhan
sendiri harus diboroskan untuk pelajan, kuda, kutjing dan sebagainja,
suatu pemborosan jang kita ketahui dari pengalaman mendjadi selalu
sangat terbatas dengan kenaikan harga bahan² kebutuhan.
Dan bagaimana djadinja dengan kedudukan itu kapitalis² jang tidak menghasilkan bahan² kebutuhan? Untuk penurunan tingkat laba, sebagai akibat dari kenaikan umum upah, mereka tidak bisa mendapat kompensasi dengan menaikkan harga barangdagangan mereka,
oleh sebab permintaan akan barangdagangan tersebut tidak bertambah.
Pendapatan mereka akan berkurang, dan dari pendapatan jang berkurang ini
mereka akan harus membajar lebih banjak untuk djumlah jang sama bahan²
kebutuhan jang berharga lebih tinggi. Akan tetapi ini belumlah semuanja.
Karena pendapatan mereka telah berkurang, mereka akan membelandjakan
lebih sedikit untuk barang² mewah, dan sebab itu permintaan timbal-balik
antara mereka akan barangdagangan masing² akan berkurang. Sebagai
akibat dari permintaan jang berkurang ini, maka harga² barangdagangan
mereka akan djatuh. Maka dalam tjabang² industri ini, tingkat laba akan djatuh,
bukan sadja dalam perbandingan sederhana terhadap kenaikan umum dari
tingkat upah, akan tetapi dalam perbandingan madjemuk terhadap kenaikan
umum upah, kenaikan harga bahan² kebutuhan, dan turunnja harga barang²
mewah.
Apakah jang djadi akibat dari perbedaan dalam tingkat² laba bagi kapital² jang dipakai dalam berbagai tjabang industri? Ja, akibat jang pada umumnja timbul bagaimana, dari sebab apapun, tingkat laba rata²
mendjadi berbeda diberbagai lapangan produksi. Kapital dan kerdja akan
dipindahkan dari tjabang² jang kurang menguntungkan ke-tjabang² jang
lebih menguntungkan; dan proses perpindahan ini akan berlangsung terus
sampai penawaran dalam bagian industri jang satu telah meningkat
sebanding dengan kenaikan permintaan, dan turun dalam bagian² lain
sesuai dengan turunnja permintaan. Dengan terdjadinja perubahan ini,
tingkat umum dari laba kembali merata didalam berbagai tjabang
industri. Oleh karena seluruh kegontjangan pada mulanja timbul dari
suatu perubahan sadja dalam perbandingan permintaan akan, dan penawaran
dari, berbagai barangdagangan, maka dengan berachirnja sebab, akibat
akan berachir, dan harga² akan kembali kepada tingkat dan keseimbangan sebelumnja. Daripada dibatasi pada beberapa tjabang industri, djatuhnja tingkat laba,
sebagai akibat dari kenaikan upah akan mendjadi umum. Sesuai dengan
pengumpamaan kita, tidak akan terdjadi perubahan dalam daja produktif
dari kerdja, djuga tidak dalam keseluruhan djumlah produksi, akan tetapi
djumlah produksi tertentu itu akan berubah bentuknja. Bagian
terbesar dari hasilproduksi akan terdapat dalam bentuk barang²
kebutuhan, sebagian ketjil dalam bentuk barang² mewah, atau, apa jang
pada hakekatnja sama, sebagian ketjil akan ditukarkan dengan barang²
mewah asing, dan dikonsumsikan dalam bentuk aslinja, atau, apa jang
hakekatnja sama lagi, sebagian besar dari hasilproduksi dalamnegeri akan
ditukarkan dengan bahan² kebutuhan asing sebagai ganti dari barang²
mewah. Maka kenaikan umum dalam tingkat upah, sesudah adanja gangguan
sementara terhadap harga² pasar, hanja berakibat turunnja tingkat laba
setjara umum tanpa adanja perubahan tetap dalam harga² barangdagangan.
Djika dikatakan kepada saja, bahwa dalam alasan sebelumnja saja
menganggap seluruh upah-lebih dibelandjakan untuk bahan² kebutuhan, saja
mendjawab, bahwa saja telah membuat pengumpamaan jang paling
menguntungkan bagi pendapat Saudara Weston. Djika upah-lebih
dibelandjakan untuk barang² jang sebelumnja tidak termasuk dalam
konsumsi kaum pekerdja, kenaikan riil dari dajabeli mereka tidaklah
membutuhkan pembuktian. Akan tetapi karena ini hanja diperdapat dari
adanja kemadjuan dari upah, kenaikan dajabeli mereka itu harus tepat
bersesuaian dengan penurunan dajabeli kaum kapitalis. Keseluruhan permintaan akan barangdagangan karenanja tidak akan meningkat, akan tetapi bagian² dari permintaan itu akan berubah.
Permintaan jang menaik disatu pihak akan diimbangi oleh permintaan jang
menurun dilain pihak. Djadi dengan tinggal tetapnja keseluruhan
permintaan, maka tidak ada perubahan sedikitpun akan berlangsung dalam
harga² pasar barangdagangan.
Maka saudara sampai kepada kemuskilan ini: Atau upah-lebih
dibelandjakan setjara rata pada semua barang² konsumsi-dan peluasan
permintaan dipihak klas buruh harus dikompensasi oleh merosotnja
permintaan dipihak kaum kapitalis-atau upah-lebih hanja dibelandjakan
kepada beberapa barang jang harga² pasarnja akan naik untuk sementara.
Maka sebagai akibatnja, kenaikan dalam tingkat laba dalam beberapa
tjabang industri, dan kemerosotan tingkat laba dalam tjabang² industri
lainnja akan menghasilkan perubahan dalam pembagian kapital dan kerdja,
jang berlangsung terus sampai persediaan dinaikkan sesuai dengan
kenaikan permintaan dalam suatu bagian industri, dan diturunkan sesuai
dengan berkurangnja permintaan dalam bagian² industri lainnja. Atas
pengumpamaan jang satu tidak akan terdjadi perubahan dalam harga²
barangdagangan. Atas pengumpamaan lainnja, sesudah beberapa kegojangan
harga² pasar, nilai²-penukaran barang-dagangan akan merosot ketingkat
sebelumnja. Atas kedua pengumpamaan tersebut kenaikan umum dalam tingkat
upah akan berkesudahan dengan tiada lain daripada penurunan umum
tingkat laba.
Untuk membangkitkan daja chajal saudara, Saudara Weston meminta
saudara untuk memikirkan kesukaran² jang akan dihasilkan oleh kenaikan
umum dari upah pertanian Inggris dari sembilan shilling mendjadi
delapanbelas shilling. Tjoba pikirkan, dia serukan, kenaikan hebat dalam
permintaan akan bahan² kebutuhan, dan sebagai akibatnja, kenaikan jang
menakutkan dalam harga² mereka. Sekarang, saudara sekalian tahu, bahwa
upah rata² dari buruh pertanian Amerika berdjumlah lebih dari dua lipat
daripada buruh pertanian Inggris, sekalipun harga² hasil pertanian lebih
rendah di Amerika Serikat daripada di Inggris, sekalipun hubungan² umum
dari kapital dan kerdja sama di Amerika Serikat dengan di Inggris, dan
sekalipun djumlah produksi tahunan djauh lebih ketjil di Amerika Serikat
daripada di Inggris. Djadi, mengapa teman kita itu membunjikan
lontjeng-tanda-bahaja ini? Semata-mata untuk menjingkirkan persoalan
sebenarnja jang dihadapan kita. Kenaikan tiba² upah dari sembilan
shilling mendjadi delapanbelas shilling akan merupakan kenaikan tiba²
sebanjak 100 persen. Sekarang, kita samasekali tidak membitjarakan soal
apakah tingkat umum dari upah di Inggris dapat tiba² dinaikkan dengan
100 persen. Kita samasekali tidak berurusan dengan besarnja
kenaikan, jang dalam setiap hal praktis mesti tergantung pada, dan
sesuai dengan, keadaan² tertentu. Kita hanja harus memeriksa bagaimana
kenaikan umum dalam tingkat upah, sekalipun djika terbatas pada satu
persen, akan berpengaruh.
Dengan mengabaikan kenaikan chajalan sebanjak 100 persen dari teman
Weston, saja akan meminta perhatian saudara kepada kenaikan upah
sesungguhnja jang berlangsung di Britania Raja dari tahun 1849 sampai
1859.
Saudara sekalian mengetahui Undang² Sepuluh Djam, atau djelasnja
Undang² Sepuluh Setengah Djam, jang diberlakukan sedjak tahun 1848. Ini
adalah salahsatu dari perubahan² ekonomi terbesar jang telah kita
saksikan. Ini merupakan kenaikan tiba² dan terpaksa dari upah, tidak
dalam beberapa tjabang industri lokal, akan tetapi dalam tjabang²
industri jang terutama, dengan mana Inggris menguasai pasar² dunia. Ini
adalah kenaikan upah dalam keadaan jang samasekali tidak baik. Dr. Ure,
Profesor Senior, dan semua djurubitjara ekonomi resmi lainnja dari klas
tengah membuktikan, dan saja harus berkata atas dasar² jang lebih
kuat daripada teman kita Weston, bahwa ini akan membunjikan lontjeng
tanda mati bagi industri Inggris. Mereka membuktikan, bahwa ini bukan
sadja berarti kenaikan sederhana dari upah, akan tetapi kenikan upah
jang dimulai oleh, dan didasarkan pada, berkurangnja djumlah kerdja jang
dipakai. Mereka menjatakan, bahwa djam duabelas jang saudara mau ambil
dari kapitalis adalah djustru djam satu-satunja darimana ia mempereoleh
laba. Mereka mengantjam, bahwa akan ada pengurangan akumulasi, kenaikan
harga², hilangnja pasar², pembatasan produksi, reaksi sebagai akibatnja
terhadap upah, dan achirnja keruntuhan. Sesungguhnja, mereka menjatakan
Undang² Maksimum[4]
Maksimilian Robespierre merupakan soal ketjil dibandingkan dengannja;
dan mereka benar dalam suatu artian tertentu. Dan, bagaimana hasilnja?
Jalah: Kenaikan upah uang dari pekerdja² pabrik, kendatipun ada
pembatasan harikerdja, pertambahan besar dalam djumlah tenaga pabrik
jang dipekerdjakan, penurunan terus-menerus dalam harga² hasil produksi
mereka, perkembangan jang menakdjubkan dalam daja produktif dari kerdja
mereka, perluasan progresif jang luarbiasa dari pasar² untuk
barangdagangan mereka. Di Manchester, dalam tahun 1860, pada rapat dari
Perhimpunan untuk Memadjukan Ilmu, saja dengan sendiri Tn. Newman
mengakui, bahwa dia, Dr. Ure, Senior, dan semua pemuka resmi ilmu
ekonomi lainnja adalah salah, sedang naluri rakjat adalah benar. Saja
sebut Tn. W. Newman,[5]
bukan Profesor Francis Newman, karena dia menempati kedudukan mulia
dalam ilmu ekonomi, sebagai penjokong, dan penerbit dari, buku Tn.
Thomas Tooke Sedjarah Harga², karja jang bagus itu jang mengusut
sedjarah harga² dari tahun 1793 sampai 1856. Djika pikiran tetap dari
teman kita Weston tentang djumlah tetap upah, djumlah tetap produksi,
tingkat tetap daja produktif dari kerdja, kemauan tetap dan permanen
dari kaum kapitalis, dan semua hal² tetap dan pasti lainnja adalah
benar, maka ramalan jang muram dari Prosor Senior adalah benar, dan,
Robert Owen-jang sudah dalam tahun 1816 mengumumkan pembatasan umum dari
harikerdja sebagai langkah persiapan pertama menudju emansipasi klas
buruh dan njatanja, berlawanan dengan purbasangka umum, melaksanakannja
atas resiko sendiri dipabrik kapasnja di New Lanark-adalah salah.
Dalam masa jang sama, selama mana pemberlakuan Undang² Sepuluh Djam,
dan kenaikan upah sebagai akibatnja, berlangsung, maka terdjadilah di
Britania Raja, oleh karena sebab² jang tidaklah pada tempatnja untuk
disebutkan disini, kenaikan umum upah² pertanian.
Sesungguhpun tidak diperlukan untuk tudjuan saja jang terdekat, namun
untuk tidak menjesatkan saudara, saja akan memberikan beberapa
keterangan pendahuluan.
Djika seseorang mendapat upah mingguan dua shilling, dan djika upahnja naik mendjadi empat shilling, tingkat upah akan naik dengan 100 persen. Ini nampaknja merupakan suatu hal jang sangat bagus djika dinjatakan sebagai kenaikan tingkat upah, sekalipun djumlah upah sesungguhnja,
empat shilling seminggu, masih akan tetap merupakan upah jang membikin
orang sengsara, upah jang membikin orang mati kelaparan. Karenanja,
saudara djanganlah membiarkan diri saudara terseret oleh djumlah persen
jang kedengaran hebat mengenai tingkat upah. Saudara harus selalu bertanja, Berapa djumlah semula?
Dan lagi, saudara akan mengerti, bahwa djika ada sepuluh orang
masing² menerima 2s. seminggu, lima orang masing² menerima 5s., dan lima
orang menerima 11s. seminggu, keduapuluh orang itu ber-sama² akan
menerima 100s., atau £5, seminggu. Maka djika suatu kenaikan, umpamanja,
20 persen dari djumlah keseluruhan upah² mingguan mereka terdjadi, maka akan ada kenaikan dari £5 mendjadi £6. Setjara pukul rata, kita dapat berkata, bahwa tingkat umum upah telah
naik dengan 20 persen, sekalipun, sesungguhnja, upah dari sepuluh orang
tetap tidak berubah, upah dari sekumpulan lima orang meningkat dari 5s
sampai 6s sadja, dan upah dari kumpulan lima orang lainnja dari 55s.
mendjadi 70s. Separuh dari orang² itu samasekali tidak akan memperbaiki
kedudukannja, seperempat akan memperbaikinja dengan tingkat jang tipis
sekali, dan hanja seperempat akan sungguh² mengalami perbaikan. Namun,
dihitung setjara pukul rata, djumlah keseluruhan upah dari
keduapuluh orang itu akan bertambah dengan 20 persen, dan mengenai soal
kapital keseluruhannja jang mempekerdjakan mereka, dan harga²
barangdagangan jang mereka produksikan, itu akan persis sama seperti
dalam hal djika semua mempunjai bagian jang sama dalam kenaikan rata²
dari upah. Berkenaan dengan kerdja pertanian, karena tingkat upah sangat
berbeda diberbagai kabupaten di Inggris dan Skotlandia, kenaikan itu
mengenai mereka dengan sangat berbeda.
Achirnja, selama masa berlangsungnja kenaikan upah itu, pengaruh²
jang berlawanan bekerdja, seperti padjak² baru sebagai akibat dari
perang Rusia, pengrusakan setjara luas dari perumahan buruh pertanian,
dan sebagainja.
Setelah pendahuluan sebanjak itu, saja lalu menjatakan, bahwa dari tahun 1849 sampai 1859, telah berlangsung kenaikan sebanjak kira² 40 persen
dalam tingkat rata² dari upah pertanian di Britania Raja. Saja dapat
memberikan detail setjara luas sebagai bukti daripada pernjataan saja,
akan tetapi untuk maksud sekarang saja rasa tjukuplah menundjuk pada
karangan jang teliti dan kritis jang dibatjakan dalam tahun 1860 oleh
mendiang Tn. John C. Morton pada Perhimpunan Kebudajaan London mengenai Tenaga² Jang Dipakai dalam Pertanian.
Tn. Morton memberikan angka², dan rekening² dan dokumen-dokumen asli
lainnja, jang dikumpulkannja dari kira-kira seratus orang petani, jang
berdiam diduabelas kabupaten Skotlandia dan tigapuluhlima kabupaten
Inggris.
Sesuai dengan pendapat teman kita Weston, dan diambil ber-sama²
dengan kenaikan serentak dalam upah pekerdja² pabrik, seharusnja
berlangsung kenaikan hebat dalam harga-harga hasil pertanian selama masa
1849 sampai 1859. Akan tetapi apa kenjataan? Kendati ada perang Rusia,
dan panenan tak baik setjara ber-turut² dari tahun 1854 sampai 1856,
harga rata² dari gandum jang merupakan hasil pertanian utama dari
Inggris, djatuh dari kira² £3 per quarter[6]
untuk tahun² 1838 sampai 1848 mendjadi kira² £2 10s. per quarter untuk
tahun² 1849 sampai 1859. Ini merupakan penurunan harga gandung sebanjak
lebih dari 16 persen, bersamaan dengan kenaikan rata² upah pertanian
sebanjak 40 persen. Selama masa jang sama, djika kita bandingkan
achirnja dengan awalnja, tahun 1859 dengan 1849, tampak berkurangnja
fakir-miskin tertjatat resmi dari angka 934.419 mendjadi 860.470, jaitu
dengan perbedaan sebanjak 73.949; saja akui, suatu pengurangan jang
sangat ketjil, dan jang kembali lenjap dalam tahun² berikutnja, namun
tetap suatu pengurangan.
Kiranja dapat dikatakan, bahwa menjusul penghapusan Undang² Gandum,
impor gandum luarnegeri lebih daripada lipat dua selama masa tahun 1849
sampai 1859, dibandingkan dengan masa tahun 1838 sampai 1848. Dan
bagaimana kalau memang begitu? Dari pendirian saudara Weston orang
kiranja akan mengharapkan, bahwa permintaan jang tiba², besar dan terus
bertambah ini, pada pasar² luarnegeri, semestinja melondjakkan harga²
hasil pertanian disana sampai ketingkat jang menakutkan, oleh karena
pengaruh kenaikan permintaan tetap tinggal sama, biar datangnja dari
luar atau dari dalam. Apa kenjataannja? Selain dari selama beberapa
tahun jang panennja gagal, selama seluruh masa itu kedjatuhan jang
sangat tjelaka dari harga gandum selalu merupakan pokok pembitjaraan di
Perantjis; orang² Amerika ber-kali² terpaksa membakar kelebihan
hasilproduksi mereka; dan Rusia, djika kita harus mempertjajai Tn.
Urquhart, mendorong petjahnja Perang Dalamnegeri di Amerika Serikat oleh
sebab ekspor hasil² pertaniannja dilumpuhkan oleh persaingan orang²
Amerika di-pasar² Eropa.
Dikembalikan pada bentuk abstrak, alasan² Saudara
Weston akan mendjadi sbb.: Setiap kenaikan permintaan selalu terdjadi
atas dasar djumlah produksi tertentu. Karenanja, ia tak pernah dapat memperbanjak persediaan barang² jang diminta, akan tetapi hanja dapat meninggikan harga²nja dalam mata-uang.
Sekarang tindjauan jang paling umum menundjukkan, bahwa pertambahan
permintaan, dalam beberapa hal, akan membiarkan harga² pasar dari
barangdagangan samasekali tak berubah, dan, dalam hal² lain, akan
menjebabkan kenaikan sementara harga² pasar diikuti oleh pertambahan
persediaan, diikuti oleh pengurangan harga² sampai kepada tingkatnja
jang semula, dan dalam banjak hal dibawah tingkatnja jang semula.
Apakah kenaikan permintaan bersumber pada upah-lebih, atau sesuatu
sebab lain, ini samasekali tidak mengubah sjarat² persoalan. Dari sudut
pendirian Saudara Weston gedjala umum sama sukarnja untuk didjelaskan
seperti gedjala jang terdjadi, dalam keadaan istimewa dengan adanja
kenaikan upah. Karenanja, alasannja tidak mempunyai hubungan chusus
apapun dengan soal jang kita perbintjangkan. Ini hanja menjatakan
kebingungannja untuk mendjelaskan hukum² dengan mana pertambahan
permintaan menghasilkan pertambahan persediaan, dan bukan achrnja
kenaikan harga² pasar.
0 komentar:
Posting Komentar