Sabtu, 10 Juni 2017

Prihatin Saja Tidak Cukup!










Kita harus berasumsi bahwa hal ini adalah juga tentang keberpihakan (tidak ada posisi netral).
Di dalam masyarakat borjuis, kau harus memilih untuk berpihak terhadap kapitalism atau sosialism.! Jangan tanyakan Negara berpihak kemana, karena pada kenyataannya Negara hari ini dikendalikan oleh elit borjuasi, katakan saja Negaranya borjuis.

Tidak perlu telalu jauh mengambil contoh (dalam mendefinisikan Negara borjuasi), cukup kita lihat transparinsi pemerintah, dalam hal ini Negara, ketika mengelola data statisk mengenai angka kemiskinan di indonesia yang enggan menggunakan standar Bank Dunia (pendapatan di bawah US$.2 AS / hari) sebagai standar masyarakat miskin. Pemerinta (BPS) menggunakan standar pendapatan di bawah Rp.7000 / Hari, dengan standar tersebut pada 2016 tercatat hanya sekitar 28,01 juta orang (10,86 persen) penduduk Indonesia yang tergolong miskin. Sementara jika menggunakan standar Bank Dunia terdapat angka yang lebih tingga dari data BPS yaitu sebanyak 50,6% (2011) penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Lantas kenapa Indonesia tidak menggunakan standar Bank Dunia? Sementara beberapa Negara ASEAN sudah menggunakan standar tersebut, seperti Malaysia, Filipina dan Vietnam.

Jika kita melihat secara jerni, maka akan kita ketemukan benang merah antara Negara Indonesia dengan nafsu Kapitalisme yang ingin mempertahankan kemiskinan sebagai jaminan keberlangsungan akumulasi modal yang lebih banyak lagi, Negara telah diperalat untuk menyembunyikan rapat-rapat jumlah angka kemiskinan.

Tentu saja miris mendapati kenyataan demikin, namun kembali lagi saya tegaskan, prihatin saja tidaklah cukup untuk membongkar kebobrokan system hari ini. Dari sini kita dapat mengidentifikasi mana seorang sosialis dan mana orang yang non sosialis, bedanya hanya terletak pada tindakan, seorang sosialis tentu akan berfikir keras mencari solusi untuk menumbangkan kapitalisme dengan cara apapun dan mempraktekkan pemikiran-pemikiran sosialisnya untuk membebaskan rakyat dari belenggu kapitalisme. Sementara non sosialis, hanya sebatas prihatin namun tidak berdaya dalam tindakan. Menganggap kapitalisme adalah akhir dari sejarah peradaban manusia.

Sekarang jelas, siapa saja orang-orang yang berpihak pada sosialisme dengan keyakinan teguh dalam mewujudkannya melalui tindakan untuk memperjuangakan terwujudnya sosialisme. Sementara selebihnya adalah penyebah kapitalisme.
Share:
Lokasi: Palu, Palu City, Central Sulawesi, Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Cari Blog Ini

Ordered List

Recent Posts

Unordered List

Featured Post

Tergerusnya gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme

Tergerusnya   gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme Bukan sesuatu yang asing lagi mengenai persoalan perempuan, sejak per...

Pages

Theme Support