Jumat, 16 Juni 2017

Sulteng: Bermigrasi Atau Mati Kelaparan?

Foto: Istimewa
PORTAL-SPR - Melihat perubahan material di sulawesi tengah, terdapat begitu banyak kontradiksi yang bergejolak di hampir semua kabupaten dan kota. Ya,,,kita tidak bisa menutup mata terhadap campur tangan neo-liberalisme yang semakin masif dalam membuka ruang ekspansi kapital.

Masifnya Industrialisasi pertambangan dibeberapa kabupaten di Sulteng dibarengi dengan Proletariasasi; mutasi dari borjuis kecil (pemilik tanah) menjadi buruh bagi perusahaan-perusahaan tambang. Namun tidak semua borjuis kecil yang mengalami perampasan tanah mendapatkan ruang untuk bekerja sebagai buruh. Proses industrialisasi ini juga menyebabkan sebagian besar petani (korban perampasan tanah) pada akhirnya kehilangan pekerjaan, tak ada lagi tanah yang bisa mereka garap. Fenomena ini mirip dengan industri perkebunan kelapa sawit, bahkan mengorbankan lebih banyak rakyat melalui perampasan tanah.

Gejolak ini yang kemudia mengingatkan saya pada apa yang terjadi di pulau Jawa, tanah garapan petani sudah semakin sempit memaksa mereka harus memilih menjad buruh, namun untuk menjadi buruh upahan mereka harus memenuhi kriteria yang di tetapkan oleh perusahaan, yaitu minimal harus memiliki ijaza Sekolah Menengah Atas.  

Rendahnya tingkat pendidikan menyebabkan sebagian besar dari mereka tidak mendapat kesempatan untuk bekerja, ditambah lagi terbatasnya lapangan kerja yang di sedakan oleh perusahaan membuat mereka harus terlempar dari persaingan untuk bertahan hidup. 

Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah bermigrasi ke luar negeri untuk sekedar mengais rejeki agar tetap dapat bertahan hidup dan menopang perekonomian keluarga. Maka tidak heran jika pulau Jawa menjadi basis buruh migran terbesar di Indonesia.

Fenomena ini yang kumudia muncul di benak saya. Sebentar lagi penduduk Sulawesi Tengah akan di hadapkan pada pilihan; Bermigrasi atau Mati Kelaparan?

Bersiaplah.!!!
Share:

Minggu, 11 Juni 2017

Ulah kapitalisme

Seiring dengan perkembangan zaman, penghisapan yang terjadi pada zaman perbudakkan, kini semakin parah di zaman kapitalisme ini, sejak awal abad 19 revolusi industri yang terjadi di benua eropa kini melebar sampai ke bagian timur bahkan sampai ke negara kita yaitu indonesia, industrialisasi semakin berkembang di indonesia seiring dengan perkembangan industri,maka penghisapan/penindasan pula semakin merajarela di indonesia, sumber daya alam yang ada di indonesia di kuasai sekitar 0,01% dari 99.9% jumlah penduduk indonesia,dengan keadaan seperti  ini apakah kalian masih akan mengatakan kemiskinan yang terjadi di negara kita ini akibat malas,takdir dll.?

Kini yang perlu kita ketahui kemiskinan yang semakin hari semakin bertambah, itu semua di sebabkan oleh pemilik modal (kapitalis) yang dimana monopoli atas kepemilikan alat produksilah penyebab utama terjadi kemiskinan di negara kita dan saya rasa kita tidak perlu lagi bertanya di mana peran negara saat ini?? Sudah jelas negara hari ini adalah negara borjuasi yang di mana pasti akan bersekutu dengan klas kapitalis, tidak perlu terlalu jauh untuk membuktikan bahwa negara kita adalah negara borjuasi, kita liahat saja semua regulasi yang di keluarkan oleh pemerintah saat ini, semuanya menguntungkan si pemilik modal contohnya: pp. No 78 itu sangat merugikan pekerja (buruh) yang ada di perusahaan, kita lihat dari segi upah di pp. No 78 tentang pengupahan, untuk menentukan UMK itu tidak lagi di lihat dari KHL kebutuhan hidup layak tapi di lihat dari inflasi di daera dan untuk patokkan gajinya di lihat dari kariawan yang masih lajang pertanyaannya kebutuhan pekerja yang sudah berkeluarga apakah sama dengan yang masih lajang??? Itu salah satu regulasi prodak negara kita dan masih banyak lagi regulasi yang di buat negara yang sangat menguntungkan kapitalis bukan rakyat.

Nah sekarang kawan-kawan sudah tau sedikit mungkin tentang sistem saat ini yang sangat merugikan rakyat, dan menguntungkan kaum pemilik modal dan yang lebih parahnya lagi dampak dari perusahaan itu semua rakyat yang merasakan, seperti limbah perusahaan gundulnya hutan sehingga banjir terjadi di pemukiman warga,sungai yang dulunya indah airnya jerni kini telah tercemar airnya kabur sehingga tidak bisa di gunakan rakyat lagi.

Dan yang lebih menyedihkan lagi rakyat di doktrin ini semua teguran tuhan,ini semua karma, selalu ketika terjadi banjir dll selalu katanya datang dari tuhan padahal ini semua adalah dampak dari kekejaman kapitalisme.
Sekarang saya butuh solusi dari kawan-kawan untuk mengatasi sistem saat ini

Share:

Sabtu, 10 Juni 2017

Prihatin Saja Tidak Cukup!










Kita harus berasumsi bahwa hal ini adalah juga tentang keberpihakan (tidak ada posisi netral).
Di dalam masyarakat borjuis, kau harus memilih untuk berpihak terhadap kapitalism atau sosialism.! Jangan tanyakan Negara berpihak kemana, karena pada kenyataannya Negara hari ini dikendalikan oleh elit borjuasi, katakan saja Negaranya borjuis.

Tidak perlu telalu jauh mengambil contoh (dalam mendefinisikan Negara borjuasi), cukup kita lihat transparinsi pemerintah, dalam hal ini Negara, ketika mengelola data statisk mengenai angka kemiskinan di indonesia yang enggan menggunakan standar Bank Dunia (pendapatan di bawah US$.2 AS / hari) sebagai standar masyarakat miskin. Pemerinta (BPS) menggunakan standar pendapatan di bawah Rp.7000 / Hari, dengan standar tersebut pada 2016 tercatat hanya sekitar 28,01 juta orang (10,86 persen) penduduk Indonesia yang tergolong miskin. Sementara jika menggunakan standar Bank Dunia terdapat angka yang lebih tingga dari data BPS yaitu sebanyak 50,6% (2011) penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Lantas kenapa Indonesia tidak menggunakan standar Bank Dunia? Sementara beberapa Negara ASEAN sudah menggunakan standar tersebut, seperti Malaysia, Filipina dan Vietnam.

Jika kita melihat secara jerni, maka akan kita ketemukan benang merah antara Negara Indonesia dengan nafsu Kapitalisme yang ingin mempertahankan kemiskinan sebagai jaminan keberlangsungan akumulasi modal yang lebih banyak lagi, Negara telah diperalat untuk menyembunyikan rapat-rapat jumlah angka kemiskinan.

Tentu saja miris mendapati kenyataan demikin, namun kembali lagi saya tegaskan, prihatin saja tidaklah cukup untuk membongkar kebobrokan system hari ini. Dari sini kita dapat mengidentifikasi mana seorang sosialis dan mana orang yang non sosialis, bedanya hanya terletak pada tindakan, seorang sosialis tentu akan berfikir keras mencari solusi untuk menumbangkan kapitalisme dengan cara apapun dan mempraktekkan pemikiran-pemikiran sosialisnya untuk membebaskan rakyat dari belenggu kapitalisme. Sementara non sosialis, hanya sebatas prihatin namun tidak berdaya dalam tindakan. Menganggap kapitalisme adalah akhir dari sejarah peradaban manusia.

Sekarang jelas, siapa saja orang-orang yang berpihak pada sosialisme dengan keyakinan teguh dalam mewujudkannya melalui tindakan untuk memperjuangakan terwujudnya sosialisme. Sementara selebihnya adalah penyebah kapitalisme.
Share:

Karl Marx: Upah Harga dan Laba (III. Upah Dan Peredaran Uang)

Pada hari kedua dari perdebatan, teman kita Weston, membungkus pernjataan²nja jang lama dalam bentuk² baru. Dia berkata: Sebagai akibat kenaikan umum upah uang, akan dibutuhkan lebih banjak mata-uang untuk membajar upah jang sama. Karena mata-uang sudah tetap, bagaimana saudara dapat membajarkan pertambahan upah uang itu, dengan mata-uang jang tetap ini? Pertama kali, kesukaran timbul dari djumlah tetap barangdagangan jang tersedia bagi pekerdja, kendati adanja kenaikan upahnja dalam uang; sekarang ia timbul dari pertambahan upah uang, kendati adanja djumlah tertentu dari barangdagangan. Sudah barang tentu, djika saudara menolak dogmanja jang semula, kesulitan²nja jang timbul dari situ akan lenjap.
Tetapi, saja akan menundjukkan, bahwa soal mata-uang ini samasekali tidak ada sangkut-pautnja dengan persoalan jang kita hadapi.
Dinegeri saudara mekanisme pembajaran adalah djauh lebih sempurna daripada disetiap negeri Eropa lainnja. Berkat luasnja dan terpusatnja sistim bank, djauh lebih sedikit mata-uang dibutuhkan untuk mengedarkan djumlah nilai jang sama, dan untuk melaksanakan perdagangan dengan djumlah jang sama atau lebih banjak. Umpamanja, mengenai upah, pekerdja pabrik Inggris membajarkan upahnja setjara mingguan kepada pemilik toko, jang mengirimkannja setjara mingguan kepada bankir, jang mengembalikannja setjara mingguan kepada pengusaha, jang kembali membnajarkannja kepada pekerdja, dan seterusnja. Dengan tjara ini upah tahunan seorang pekerdja, umpamanja £52, bisa dibajarkan dengan satu mata-uang ponsterling jang berputar setiap minggu dalam lingkaran jang sama. Dan di Inggris pun mekanisme pembajaran kurang sempurna daripada di Skotlandia, dan tidak sama sempurnanja dimana-mana; maka itu, umpamanja, kita dapati, bahwa dalam beberapa daerah pertanian, dibandingkan dengan daerah² pabrik semata-mata, djauh lebih banjak mata-uang dibutuhkan untuk mengedarkan djumlah nilai jang djauh lebih ketjil.
Djika saudara menjeberangi Selat Inggris, saudara akan melihat, bahwa upah uang adalah djauh lebih rendah daripada di Inggris, akan tetapi bahwa upah ini diedarkan di Djerman, Italia, Swis, dan Perantjis dengan djumlah mata-uang jang djauh lebih banjak. Mata-uang pon sterling jang sama tidaklah akan begitu tjepat tertampung oleh bankir atau dikembalikan kepada kapitalis industri; dan, karenanja, bukan satu mata-uang pon sterling jang mengedarkan uang sebanjak £52 setahun, tapi saudara, barangkali, membutuhkan tiga mata-uang pon sterling untuk mengedarkan upah tahunan sebanjak £25. Djadi, dengan membandingkan negara² daratan Eropa dengan Inggris, saudara akan segera melihat, bahwa upah uang jang rendah bisa membutuhkan mata-uang jang djauh lebih banjak untuk pengedarannja daripada upah uang jang tinggi, dan bahwa ini sesungguhnja hanjalah suatu soal teknis, jang asing samasekali dari persoalan kita.
Menurut perkiraan terbaik jang saja ketahui, pendapatan tahunan kaum buruh negeri ini boleh ditaksir sedjumlah £250.000.000. Djumlah jang sangat banjak ini diedarkan dengan kira² £3.000.000. Umpamakanlah terdjadi kenaikan upah sebanjak 50 persen. Maka, bukan £3.000.000 mata-uang, tapi £4.500.000 jang akan dibutuhkan. Oleh karena sebagian jang sangat besar dari perbelandjaan se-hari² dari pekerdja dilunasi dengan uang perak dan tembaga, artinja, hanja dengan tanda uang sadja, jang nilai relatifnja terhadap emas ditentukan semau-maunja oleh undang², seperti halnja uang kertas jang tak-datap-ditukarkan, maka kenaikan upah uang dengan 50 persen, dalam keadaan ekstrim, akan membutuhkan tambahan peredaran mata-uang pon sterling, umpamanja, sebanjak satu djuta. Satu djuta, jang kini diam, dalam bentuk logam murni atau mata-uang, dalam tempat penjimpanan Bank Inggris, atau bankir² perseorangan, akan beredar. Akan tetapi djuga pengeluaran ketjil jang disebabkan oleh penambahan pembuatan mata-uang atau penambahan aus dari sedjuta itu dapat dihindarkan, dan sesungguhnja akan dihindarkan, djika sesuatu geseran sampai terdjadi karena kekurangan mata-uang tambahan. Saudara sekalian mengetahui, bahwa uang negeri ini terbagi atas dua bagian jang besar. Satu matjam, terdiri atas uang-kertas-bank dari berbagai ukuran, dipakai dalam transaksi² antara pedagang dengan pedagang, dan dalam pembajaran² besar dari konsumen² kepada pedagang, sedang matjam uang lainnja, mata-uang logam, beredar djuga dalam pembajaran² jang lebih besar untuk segala djumlah² dibawah £5. Djika besok uang kertas £4, atau uang-kertas £3, atau uang-kertas £2 dikeluarkan, maka emas jang mengisi saluran² peredaran ini akan segera terhalau daripadanja, dan mengalir ke-saluran² dimana ia dibutuhkan karena adanja kenaikan upah uang. Djadi, tambahan sedjuta jang dibutuhkan oleh karena adanja kenaikan upah dengan 50 persen akan disediakan tanpa penambahan satu mata-uang pon sterling pun. Hasil jang sama dapat diwudjudkan, tanpa penambahan selembar uang-kertas-bank pun, dengan penambahan peredaran wesel, seperti terdjadi di Lancashire untuk waktu jang sangat lama.
Djika kenaikan umum dalam tingkat upah, umpamanja, sebanjak 100 persen, seperti jang diumpamakan oleh Saudara Weston terdjadi pada upah² pertanian, akan menghasilkan kenaikan besar dalam harga² barang² kebutuhan, dan, menurut pandangannja, membutuhkan tambahan djumlah uang jang tak dapat diperoleh, maka penurunan umum dari upah mestilah menghasilkan akibat jang sama, dalam ukuran jang sama, dalam djurusan jang berlawanan. Nah, saudara sekalian tahu, bahwa tahun² 1858 sampai 1860 merupakan tahun² jang paling makmur untuk industri kapas, dan bahwa chususnja tahun 1860 berdiri, dalam hal ini, sebagai tahun jang tak ada bandingannja dalam riwajat perdagangan, sedang sementara itu semua tjabang² industri lainnja sangat berkembang. Upah pekerdja² kapas dan semua pekerdja lainnja jang berhubungan dengan lapangan-kerdja mereka, pada tahun 1960, adalah lebih tinggi daripada waktu kapanpun sebelumnja. Krisis Amerika muntjul, dan upah² itu keseluruhannja tiba² diturunkan sampai kepada seperempat djumlahnja jang semula. Ini akan merupakan kenaikan 300 persen djika berlaku dalam djurusan jang berlawanan. Djika upah naik dari lima menjadi duapuluh, kita mengatakan, bahwa ia naik dengan 300 persen; djika ia djatuh dari duapuluh mendjadi lima, kita katakan, bahwa ia djatuh dengan 75 persen, akan tetapi djumlah kenaikan dalam hal jang satu dan djumlah penurunan dalam hal jang lain akan sama, jaitu, limabelas shilling. Pada waktu itu, ini merupakan perubahan se-konjong² dalam tingkat upah jang belum pernah terdjadi sebelumnja, dan bersamaan dengan itu meluas meliputi sedjumlah pekerdja jang, djika kita hitung semua pekerdja jang bukan sadja langsung bekerdja dalam, akan tetapi setjara tak langsung tergantung kepada industri kapas, adalah lebih besar dengan separuh daripada djumlah buruh pertanian. Apakah harga gandum djatuh? Ia naik, dari angka rata² tahunan sebanjak 47s.8d. per quarter selama tiga tahun 1858-'60, sampai keangka rata² tahunan sebanjak 55s.10d. per quarter selama tiga tahun 1861-1863. Mengenai uang, dibuat mata-uang dalam tahun 1861, sebanjak £8.673.232 berlainan dengan £3.378.102 dalam tahun 1860. Adalah benar, bahwa peredaran uang-kertas-bank dalam tahun 1861 kurang sebanjak £1.319.000 daripada ditahun 1860. Potonglah ini. Maka akan tinggal kelebihan uang untuk tahun 1861, dibandingkan dengan tahun kemakmuran, 1860, sebanjak £3.976.130, atau kira² £4.000.000; akan tetapi tjadangan emas dalam Bank Inggris bersamaan dengan itu berkurang, tidak dalam perbandingan jang sama benar, akan tetapi dalam ukuran jang berdekatan.
Bandingkanlah tahun 1862 dengan 1842. Selain daripada kenaikan jang sangat besar dalam nilai dan djumlah barangdagangan jang diedarkan, dalam tahun 1862 kapital jang dibajarkan dalam transaksi² teratur untuk saham², pindjaman², dsb., untuk kereta-api di Inggris dan Wales sadja berdjumlah £320.000.000, suatu djumlah jang nampaknja akan menakdjubkan dalam tahun 1842. Namun, djumlah keseluruhan dari mata-uang dalam tahun 1862 dan 1842 hampir² sama sadja, dan umumnja saudara akan mendapatkan ketjenderungan akan pengurangan mata-uang setjara progresif dihadapan nilai jang bertambah dengan sangat besar, bukan sadja dari barangdagangan, akan tetapi dari transaksi² moneter umumnja. Dari pendirian teman kita Wetson, ini merupakan teka-teki jang tak terpetjahkan.
Dengan memandang kedalam masalah ini agak lebih dalam, ia akan mendapatkan bahwa, terpisah samasekali dari upah, dan mengumpamakan upah itu sebagai hal jang tetap, nilai dan massa barangdagangan jang diedarkan, dan umumnja djumlah transaksi² moneter jang dilaksanakan, berbeda saban hari; bahwa djumlah pembajaran² jang direalisasi tanpa perantaraan uang, dengan pemakaian wesel, tjek, buku kredit, lembaga clearing, berbeda se-hari²; bahwa, mengenai uang logam jang sesungguhnja dibutuhkan, perimbangan antara mata-uang dalam peredaran dengan mata-uang dan logam murni dalam tjadangan atau jang menggeletak dalam tempat² penjimpanan bank berbeda saban hari; bahwa djumlah logam murni jang diserap oleh peredaran nasional dan djumlah jang dikirim keluarnegeri untuk peredaran internasional berbeda saban hari. Ia akan mendapatkan, bahwa dogma²nja tentang uang jang tetap adalah kekeliruan jang sangat besar, bertentangan dengan gerakan se-hari². Ia akan menjelidiki hukum² jang memungkinkan mata-uang menjesuaikan diri kepada keadaan jang begitu berubah terus-menerus, dan bukan mendjadikan salahpengertiannja tentang hukum² mata-uang sebagai alasan untuk menentang kenaikan upah.

Share:

Karl Marx:Upah Harga dan Laba (II. Produksi, Upah, Laba)

Piidato jang dibatjakan Saudara Weston kepada kita bisa diringkaskan dalam beberapa kalimat.
Segala alasan²nja pada pokoknja adalah sebagai berikut; Djika klas buruh memaksa klas kapitalis membajar lima shilling[2] dan bukan empat shilling dalam bentuk upah uang, maka kaum kapitalis akan membalas dengan nilai empat shilling dalam bentuk barangdagangan dan bukan nilai lima shilling. Klas buruh akan harus membajar lima shilling untuk sesuatu jang, sebelum kenaikan upah, mereka beli dengan empat shilling. Akan tetapi mengapa begitu? Mengapa kaum kapitalis hanja mengambalikan nilai empat shilling untuk lima shilling? Oleh sebab djumlah upah adalah tetap. Akan tetapi mengapa ia tetap pada barangdagangan senilai empat shilling? Mengapa tidak tiga, atau dua, atau djumlah apa sadja jang lain? Djika batas djumlah upah ditetapkan dengan hukum ekonomi, terlepas baik dari kemauan kapitalis maupun kemauan buruh, soal pertama jang harus Saudara Weston lakukan adalah menjatakan hukum itu dan membuktikannja. Dan lagi, dia harus membuktikan bahwa djumlah upah jang sesungguhnja dibajarkan pada setiap waktu senantiasa bersesuaian tepat dengan djumlah upah seharusnja, dan tidak pernah menjimpang daripadanja. Djika, dilain pihak, batas tertentu dari djumlah upah didasarkan pada kemauan se-mata² dari kapitalis, atau batas² dari keserakahannja, maka ini adalah batas jang sewenang-wenang. Tidak ada sesuatu keharusan apapun didalamnja. Ia boleh diubah oleh kemauan kapitalis, dan karenanja boleh diubah bertentangan dengan kemauannja.
Saudara Weston mengilustrasikan teorinja dengan menerangkan kepada saudara bahwa djika sebuah basi berisikan sup dalam kwantitet tertentu, jang akan dimakan oleh sedjumlah orang tertentu, maka bertambah lebarnja sendok² tidaklah akan menghasilkan bertambah banjaknja sup. Dia harus membolehkan saja untuk menganggap gambaran ini sebagai sesuatu jang terlalu diliputi oleh alam sendok.[3] Ini mengingatkan saja agaknja kepada persamaan jang dipakai oleh Manenius Agrippa. Sewaktu kaum plebejer Rumawi mogok terhadap kaum patrisia Rumawi, patrisia Agrippa mengatakan kepada mereka, bahwa perut patrisia memberi makan kepada anggota² plebejer dari tubuh politik. Agrippa tidak menundjukkan, bahwa orang memberi makan kepada anggota² tubuh seseorang dengan mengisi perut orang lain. Saudara Weston sendiri melupakan, bahwa basi, darimana buruh mengambil makanan, teriti dengan seluruh hasilproduksi kerdja nasional, dan bahwa apa jang menghalangi mereka untuk mengambil lebih banjak daripadanja bukanlah sempitnja basi ataupun kurangnja isinja, akan tetapi semata-mata ketjilnja sendok² mereka.
Dengan akal bagaimanakan kapitalis dimungkinkan mengembalikan nilai empat shilling untuk lima shilling? Dengan menaikkan harga barangdagangan jang didjualnja. Sekarang, apakah kenaikan dan pada umumnja perubahan dalam harga barangdagangan, apakah harga barangdagangan itu sendiri, bergantung kepada kemauan melulu dari kapitalis? Ataukah, sebaiknja, ada sjarat² tertentu diperlukan untuk mewudjudkan kemauan itu? Djika tidak, turun-naik, pasang-surut jang tiada putusnja dari harga² pasar, mendjadi teka-teki jang tak terpetjahkan.
Karena kita misalkan, bahwa tidak ada perubahan apapun terdjadi, baik dalam daja produktif kerdja, atau dalam djumlah kapital dan kerdja jang dipakai, atau dalam nilai uang dalam mana nilai² baranghasil² diukur, akan tetapi hanja ada perubahan dalam tingkat upah, bagaimana kenaikan upah itu bisa mempengaruhi harga² barangdagangan? Hanja dengan mempengaruhi perimbangan sesungguhnja antara permintaan akan, dan penawaran dari, barangdagangan tersebut.
Adalah benar samasekali bahwa, ditindjau setjara keseluruhan, klas buruh membelandjakan, dan harus membelandjakan penghasilannja untuk bahan² kebutuhan. Kenaikan umum dalam tingkat upah djadinja akan menghasilkan kenaikan dalam permintaan akan, dan karenanja dalam harga² pasar dari, bahan² kebutuhan. Kaum kapitalis jang memproduksi bahan² kebutuhan ini akan terganti kerugiannja untuk kenaikan upah itu dengan naiknja harga² pasar dari barangdagangan mereka. Akan tetapi bagaimana dengan kapitalis² lainnja, jang tidak menghasilkan bahan² kebutuhan? Dan saudara djangan sangka, bahwa mereka merupakan golongan jang ketjil. Djika saudara perhatikan, bahwa dua pertiga dari hasilproduksi nasional dihabiskan oleh seperlima dari penduduk-seorang anggota Dewan Perwakilan Rakjat baru² ini menjatakan hanja sepertudjuh dari penduduk-saudara akan mengerti betapa sangat besarnja bagian dari produksi nasional jang harus dihasilkan dalam bentuk barang² mewah, atau ditukarkan untuk barang² mewah, dan betapa sangat besarnja djumlah barang² kebutuhan sendiri harus diboroskan untuk pelajan, kuda, kutjing dan sebagainja, suatu pemborosan jang kita ketahui dari pengalaman mendjadi selalu sangat terbatas dengan kenaikan harga bahan² kebutuhan.
Dan bagaimana djadinja dengan kedudukan itu kapitalis² jang tidak menghasilkan bahan² kebutuhan? Untuk penurunan tingkat laba, sebagai akibat dari kenaikan umum upah, mereka tidak bisa mendapat kompensasi dengan menaikkan harga barangdagangan mereka, oleh sebab permintaan akan barangdagangan tersebut tidak bertambah. Pendapatan mereka akan berkurang, dan dari pendapatan jang berkurang ini mereka akan harus membajar lebih banjak untuk djumlah jang sama bahan² kebutuhan jang berharga lebih tinggi. Akan tetapi ini belumlah semuanja. Karena pendapatan mereka telah berkurang, mereka akan membelandjakan lebih sedikit untuk barang² mewah, dan sebab itu permintaan timbal-balik antara mereka akan barangdagangan masing² akan berkurang. Sebagai akibat dari permintaan jang berkurang ini, maka harga² barangdagangan mereka akan djatuh. Maka dalam tjabang² industri ini, tingkat laba akan djatuh, bukan sadja dalam perbandingan sederhana terhadap kenaikan umum dari tingkat upah, akan tetapi dalam perbandingan madjemuk terhadap kenaikan umum upah, kenaikan harga bahan² kebutuhan, dan turunnja harga barang² mewah.
Apakah jang djadi akibat dari perbedaan dalam tingkat² laba bagi kapital² jang dipakai dalam berbagai tjabang industri? Ja, akibat jang pada umumnja timbul bagaimana, dari sebab apapun, tingkat laba rata² mendjadi berbeda diberbagai lapangan produksi. Kapital dan kerdja akan dipindahkan dari tjabang² jang kurang menguntungkan ke-tjabang² jang lebih menguntungkan; dan proses perpindahan ini akan berlangsung terus sampai penawaran dalam bagian industri jang satu telah meningkat sebanding dengan kenaikan permintaan, dan turun dalam bagian² lain sesuai dengan turunnja permintaan. Dengan terdjadinja perubahan ini, tingkat umum dari laba kembali merata didalam berbagai tjabang industri. Oleh karena seluruh kegontjangan pada mulanja timbul dari suatu perubahan sadja dalam perbandingan permintaan akan, dan penawaran dari, berbagai barangdagangan, maka dengan berachirnja sebab, akibat akan berachir, dan harga² akan kembali kepada tingkat dan keseimbangan sebelumnja. Daripada dibatasi pada beberapa tjabang industri, djatuhnja tingkat laba, sebagai akibat dari kenaikan upah akan mendjadi umum. Sesuai dengan pengumpamaan kita, tidak akan terdjadi perubahan dalam daja produktif dari kerdja, djuga tidak dalam keseluruhan djumlah produksi, akan tetapi djumlah produksi tertentu itu akan berubah bentuknja. Bagian terbesar dari hasilproduksi akan terdapat dalam bentuk barang² kebutuhan, sebagian ketjil dalam bentuk barang² mewah, atau, apa jang pada hakekatnja sama, sebagian ketjil akan ditukarkan dengan barang² mewah asing, dan dikonsumsikan dalam bentuk aslinja, atau, apa jang hakekatnja sama lagi, sebagian besar dari hasilproduksi dalamnegeri akan ditukarkan dengan bahan² kebutuhan asing sebagai ganti dari barang² mewah. Maka kenaikan umum dalam tingkat upah, sesudah adanja gangguan sementara terhadap harga² pasar, hanja berakibat turunnja tingkat laba setjara umum tanpa adanja perubahan tetap dalam harga² barangdagangan.
Djika dikatakan kepada saja, bahwa dalam alasan sebelumnja saja menganggap seluruh upah-lebih dibelandjakan untuk bahan² kebutuhan, saja mendjawab, bahwa saja telah membuat pengumpamaan jang paling menguntungkan bagi pendapat Saudara Weston. Djika upah-lebih dibelandjakan untuk barang² jang sebelumnja tidak termasuk dalam konsumsi kaum pekerdja, kenaikan riil dari dajabeli mereka tidaklah membutuhkan pembuktian. Akan tetapi karena ini hanja diperdapat dari adanja kemadjuan dari upah, kenaikan dajabeli mereka itu harus tepat bersesuaian dengan penurunan dajabeli kaum kapitalis. Keseluruhan permintaan akan barangdagangan karenanja tidak akan meningkat, akan tetapi bagian² dari permintaan itu akan berubah. Permintaan jang menaik disatu pihak akan diimbangi oleh permintaan jang menurun dilain pihak. Djadi dengan tinggal tetapnja keseluruhan permintaan, maka tidak ada perubahan sedikitpun akan berlangsung dalam harga² pasar barangdagangan.
Maka saudara sampai kepada kemuskilan ini: Atau upah-lebih dibelandjakan setjara rata pada semua barang² konsumsi-dan peluasan permintaan dipihak klas buruh harus dikompensasi oleh merosotnja permintaan dipihak kaum kapitalis-atau upah-lebih hanja dibelandjakan kepada beberapa barang jang harga² pasarnja akan naik untuk sementara. Maka sebagai akibatnja, kenaikan dalam tingkat laba dalam beberapa tjabang industri, dan kemerosotan tingkat laba dalam tjabang² industri lainnja akan menghasilkan perubahan dalam pembagian kapital dan kerdja, jang berlangsung terus sampai persediaan dinaikkan sesuai dengan kenaikan permintaan dalam suatu bagian industri, dan diturunkan sesuai dengan berkurangnja permintaan dalam bagian² industri lainnja. Atas pengumpamaan jang satu tidak akan terdjadi perubahan dalam harga² barangdagangan. Atas pengumpamaan lainnja, sesudah beberapa kegojangan harga² pasar, nilai²-penukaran barang-dagangan akan merosot ketingkat sebelumnja. Atas kedua pengumpamaan tersebut kenaikan umum dalam tingkat upah akan berkesudahan dengan tiada lain daripada penurunan umum tingkat laba.
Untuk membangkitkan daja chajal saudara, Saudara Weston meminta saudara untuk memikirkan kesukaran² jang akan dihasilkan oleh kenaikan umum dari upah pertanian Inggris dari sembilan shilling mendjadi delapanbelas shilling. Tjoba pikirkan, dia serukan, kenaikan hebat dalam permintaan akan bahan² kebutuhan, dan sebagai akibatnja, kenaikan jang menakutkan dalam harga² mereka. Sekarang, saudara sekalian tahu, bahwa upah rata² dari buruh pertanian Amerika berdjumlah lebih dari dua lipat daripada buruh pertanian Inggris, sekalipun harga² hasil pertanian lebih rendah di Amerika Serikat daripada di Inggris, sekalipun hubungan² umum dari kapital dan kerdja sama di Amerika Serikat dengan di Inggris, dan sekalipun djumlah produksi tahunan djauh lebih ketjil di Amerika Serikat daripada di Inggris. Djadi, mengapa teman kita itu membunjikan lontjeng-tanda-bahaja ini? Semata-mata untuk menjingkirkan persoalan sebenarnja jang dihadapan kita. Kenaikan tiba² upah dari sembilan shilling mendjadi delapanbelas shilling akan merupakan kenaikan tiba² sebanjak 100 persen. Sekarang, kita samasekali tidak membitjarakan soal apakah tingkat umum dari upah di Inggris dapat tiba² dinaikkan dengan 100 persen. Kita samasekali tidak berurusan dengan besarnja kenaikan, jang dalam setiap hal praktis mesti tergantung pada, dan sesuai dengan, keadaan² tertentu. Kita hanja harus memeriksa bagaimana kenaikan umum dalam tingkat upah, sekalipun djika terbatas pada satu persen, akan berpengaruh.
Dengan mengabaikan kenaikan chajalan sebanjak 100 persen dari teman Weston, saja akan meminta perhatian saudara kepada kenaikan upah sesungguhnja jang berlangsung di Britania Raja dari tahun 1849 sampai 1859.
Saudara sekalian mengetahui Undang² Sepuluh Djam, atau djelasnja Undang² Sepuluh Setengah Djam, jang diberlakukan sedjak tahun 1848. Ini adalah salahsatu dari perubahan² ekonomi terbesar jang telah kita saksikan. Ini merupakan kenaikan tiba² dan terpaksa dari upah, tidak dalam beberapa tjabang industri lokal, akan tetapi dalam tjabang² industri jang terutama, dengan mana Inggris menguasai pasar² dunia. Ini adalah kenaikan upah dalam keadaan jang samasekali tidak baik. Dr. Ure, Profesor Senior, dan semua djurubitjara ekonomi resmi lainnja dari klas tengah membuktikan, dan saja harus berkata atas dasar² jang lebih kuat daripada teman kita Weston, bahwa ini akan membunjikan lontjeng tanda mati bagi industri Inggris. Mereka membuktikan, bahwa ini bukan sadja berarti kenaikan sederhana dari upah, akan tetapi kenikan upah jang dimulai oleh, dan didasarkan pada, berkurangnja djumlah kerdja jang dipakai. Mereka menjatakan, bahwa djam duabelas jang saudara mau ambil dari kapitalis adalah djustru djam satu-satunja darimana ia mempereoleh laba. Mereka mengantjam, bahwa akan ada pengurangan akumulasi, kenaikan harga², hilangnja pasar², pembatasan produksi, reaksi sebagai akibatnja terhadap upah, dan achirnja keruntuhan. Sesungguhnja, mereka menjatakan Undang² Maksimum[4] Maksimilian Robespierre merupakan soal ketjil dibandingkan dengannja; dan mereka benar dalam suatu artian tertentu. Dan, bagaimana hasilnja? Jalah: Kenaikan upah uang dari pekerdja² pabrik, kendatipun ada pembatasan harikerdja, pertambahan besar dalam djumlah tenaga pabrik jang dipekerdjakan, penurunan terus-menerus dalam harga² hasil produksi mereka, perkembangan jang menakdjubkan dalam daja produktif dari kerdja mereka, perluasan progresif jang luarbiasa dari pasar² untuk barangdagangan mereka. Di Manchester, dalam tahun 1860, pada rapat dari Perhimpunan untuk Memadjukan Ilmu, saja dengan sendiri Tn. Newman mengakui, bahwa dia, Dr. Ure, Senior, dan semua pemuka resmi ilmu ekonomi lainnja adalah salah, sedang naluri rakjat adalah benar. Saja sebut Tn. W. Newman,[5] bukan Profesor Francis Newman, karena dia menempati kedudukan mulia dalam ilmu ekonomi, sebagai penjokong, dan penerbit dari, buku Tn. Thomas Tooke Sedjarah Harga², karja jang bagus itu jang mengusut sedjarah harga² dari tahun 1793 sampai 1856. Djika pikiran tetap dari teman kita Weston tentang djumlah tetap upah, djumlah tetap produksi, tingkat tetap daja produktif dari kerdja, kemauan tetap dan permanen dari kaum kapitalis, dan semua hal² tetap dan pasti lainnja adalah benar, maka ramalan jang muram dari Prosor Senior adalah benar, dan, Robert Owen-jang sudah dalam tahun 1816 mengumumkan pembatasan umum dari harikerdja sebagai langkah persiapan pertama menudju emansipasi klas buruh dan njatanja, berlawanan dengan purbasangka umum, melaksanakannja atas resiko sendiri dipabrik kapasnja di New Lanark-adalah salah.
Dalam masa jang sama, selama mana pemberlakuan Undang² Sepuluh Djam, dan kenaikan upah sebagai akibatnja, berlangsung, maka terdjadilah di Britania Raja, oleh karena sebab² jang tidaklah pada tempatnja untuk disebutkan disini, kenaikan umum upah² pertanian.
Sesungguhpun tidak diperlukan untuk tudjuan saja jang terdekat, namun untuk tidak menjesatkan saudara, saja akan memberikan beberapa keterangan pendahuluan.
Djika seseorang mendapat upah mingguan dua shilling, dan djika upahnja naik mendjadi empat shilling, tingkat upah akan naik dengan 100 persen. Ini nampaknja merupakan suatu hal jang sangat bagus djika dinjatakan sebagai kenaikan tingkat upah, sekalipun djumlah upah sesungguhnja, empat shilling seminggu, masih akan tetap merupakan upah jang membikin orang sengsara, upah jang membikin orang mati kelaparan. Karenanja, saudara djanganlah membiarkan diri saudara terseret oleh djumlah persen jang kedengaran hebat mengenai tingkat upah. Saudara harus selalu bertanja, Berapa djumlah semula?
Dan lagi, saudara akan mengerti, bahwa djika ada sepuluh orang masing² menerima 2s. seminggu, lima orang masing² menerima 5s., dan lima orang menerima 11s. seminggu, keduapuluh orang itu ber-sama² akan menerima 100s., atau £5, seminggu. Maka djika suatu kenaikan, umpamanja, 20 persen dari djumlah keseluruhan upah² mingguan mereka terdjadi, maka akan ada kenaikan dari £5 mendjadi £6. Setjara pukul rata, kita dapat berkata, bahwa tingkat umum upah telah naik dengan 20 persen, sekalipun, sesungguhnja, upah dari sepuluh orang tetap tidak berubah, upah dari sekumpulan lima orang meningkat dari 5s sampai 6s sadja, dan upah dari kumpulan lima orang lainnja dari 55s. mendjadi 70s. Separuh dari orang² itu samasekali tidak akan memperbaiki kedudukannja, seperempat akan memperbaikinja dengan tingkat jang tipis sekali, dan hanja seperempat akan sungguh² mengalami perbaikan. Namun, dihitung setjara pukul rata, djumlah keseluruhan upah dari keduapuluh orang itu akan bertambah dengan 20 persen, dan mengenai soal kapital keseluruhannja jang mempekerdjakan mereka, dan harga² barangdagangan jang mereka produksikan, itu akan persis sama seperti dalam hal djika semua mempunjai bagian jang sama dalam kenaikan rata² dari upah. Berkenaan dengan kerdja pertanian, karena tingkat upah sangat berbeda diberbagai kabupaten di Inggris dan Skotlandia, kenaikan itu mengenai mereka dengan sangat berbeda.
Achirnja, selama masa berlangsungnja kenaikan upah itu, pengaruh² jang berlawanan bekerdja, seperti padjak² baru sebagai akibat dari perang Rusia, pengrusakan setjara luas dari perumahan buruh pertanian, dan sebagainja.
Setelah pendahuluan sebanjak itu, saja lalu menjatakan, bahwa dari tahun 1849 sampai 1859, telah berlangsung kenaikan sebanjak kira² 40 persen dalam tingkat rata² dari upah pertanian di Britania Raja. Saja dapat memberikan detail setjara luas sebagai bukti daripada pernjataan saja, akan tetapi untuk maksud sekarang saja rasa tjukuplah menundjuk pada karangan jang teliti dan kritis jang dibatjakan dalam tahun 1860 oleh mendiang Tn. John C. Morton pada Perhimpunan Kebudajaan London mengenai Tenaga² Jang Dipakai dalam Pertanian. Tn. Morton memberikan angka², dan rekening² dan dokumen-dokumen asli lainnja, jang dikumpulkannja dari kira-kira seratus orang petani, jang berdiam diduabelas kabupaten Skotlandia dan tigapuluhlima kabupaten Inggris.
Sesuai dengan pendapat teman kita Weston, dan diambil ber-sama² dengan kenaikan serentak dalam upah pekerdja² pabrik, seharusnja berlangsung kenaikan hebat dalam harga-harga hasil pertanian selama masa 1849 sampai 1859. Akan tetapi apa kenjataan? Kendati ada perang Rusia, dan panenan tak baik setjara ber-turut² dari tahun 1854 sampai 1856, harga rata² dari gandum jang merupakan hasil pertanian utama dari Inggris, djatuh dari kira² £3 per quarter[6] untuk tahun² 1838 sampai 1848 mendjadi kira² £2 10s. per quarter untuk tahun² 1849 sampai 1859. Ini merupakan penurunan harga gandung sebanjak lebih dari 16 persen, bersamaan dengan kenaikan rata² upah pertanian sebanjak 40 persen. Selama masa jang sama, djika kita bandingkan achirnja dengan awalnja, tahun 1859 dengan 1849, tampak berkurangnja fakir-miskin tertjatat resmi dari angka 934.419 mendjadi 860.470, jaitu dengan perbedaan sebanjak 73.949; saja akui, suatu pengurangan jang sangat ketjil, dan jang kembali lenjap dalam tahun² berikutnja, namun tetap suatu pengurangan.
Kiranja dapat dikatakan, bahwa menjusul penghapusan Undang² Gandum, impor gandum luarnegeri lebih daripada lipat dua selama masa tahun 1849 sampai 1859, dibandingkan dengan masa tahun 1838 sampai 1848. Dan bagaimana kalau memang begitu? Dari pendirian saudara Weston orang kiranja akan mengharapkan, bahwa permintaan jang tiba², besar dan terus bertambah ini, pada pasar² luarnegeri, semestinja melondjakkan harga² hasil pertanian disana sampai ketingkat jang menakutkan, oleh karena pengaruh kenaikan permintaan tetap tinggal sama, biar datangnja dari luar atau dari dalam. Apa kenjataannja? Selain dari selama beberapa tahun jang panennja gagal, selama seluruh masa itu kedjatuhan jang sangat tjelaka dari harga gandum selalu merupakan pokok pembitjaraan di Perantjis; orang² Amerika ber-kali² terpaksa membakar kelebihan hasilproduksi mereka; dan Rusia, djika kita harus mempertjajai Tn. Urquhart, mendorong petjahnja Perang Dalamnegeri di Amerika Serikat oleh sebab ekspor hasil² pertaniannja dilumpuhkan oleh persaingan orang² Amerika di-pasar² Eropa.
Dikembalikan pada bentuk abstrak, alasan² Saudara Weston akan mendjadi sbb.: Setiap kenaikan permintaan selalu terdjadi atas dasar djumlah produksi tertentu. Karenanja, ia tak pernah dapat memperbanjak persediaan barang² jang diminta, akan tetapi hanja dapat meninggikan harga²nja dalam mata-uang. Sekarang tindjauan jang paling umum menundjukkan, bahwa pertambahan permintaan, dalam beberapa hal, akan membiarkan harga² pasar dari barangdagangan samasekali tak berubah, dan, dalam hal² lain, akan menjebabkan kenaikan sementara harga² pasar diikuti oleh pertambahan persediaan, diikuti oleh pengurangan harga² sampai kepada tingkatnja jang semula, dan dalam banjak hal dibawah tingkatnja jang semula. Apakah kenaikan permintaan bersumber pada upah-lebih, atau sesuatu sebab lain, ini samasekali tidak mengubah sjarat² persoalan. Dari sudut pendirian Saudara Weston gedjala umum sama sukarnja untuk didjelaskan seperti gedjala jang terdjadi, dalam keadaan istimewa dengan adanja kenaikan upah. Karenanja, alasannja tidak mempunyai hubungan chusus apapun dengan soal jang kita perbintjangkan. Ini hanja menjatakan kebingungannja untuk mendjelaskan hukum² dengan mana pertambahan permintaan menghasilkan pertambahan persediaan, dan bukan achrnja kenaikan harga² pasar.

Share:

Karl Marx; Upah Harga dan Laba (I. Produksi dan Upah)

(Pendahuluan)

Saudara²,
Sebelum memulai dengan pokok persoalan, perkenankanlah saja mengemukakan beberapa keterangan pendahuluan.
Sekarang di Daratan Eropa sedang bersimaharadjalela wabah pemogokan dan pekikan umum untuk kenaikan upah. Soal ini akan muntjul pada Kongres kita. Saudara² sebagai pimpinan dari Perhimpunan Internasional ini, seharusnja sudah menetapkan pendirian mengenai soal jang utama ini. Maka bagi saja sendiri, saja anggap adalah kewadjiban saja untuk membahas persoalan ini sepenuhnja, sekalipun dengan risiko akan membuat kesabaran saudara² mengalami udjian jang berat.
Lagi suatu keterangan pendahuluan perlu saja sampaikan bertalian dengan Saudara Weston. Dia tidak sadja mengusulkan pendapat² kepada saudara², akan tetapi telah membelandjakan dimuka umum, pada sangkanja, demi kepentingan klas pekerdja, dan jang diketahuinja akan sangat tidak disukai oleh klas pekerdja.[1] Manifestasi keberanian moril sedemikian semestinjalah kita sekalian hormati setingginja. Saja harap bahwa, kendati gaja jang tidak di-bunga²I dari risalah saja ini, pada achir risalah ini Saudara Weston akan mendapatkan saja bersesuaian dengan apa jang pada hemat saja merupakan pikiran jang benar pada dasar dalil² Saudara Weston itu, akan tetapi jang dalam bentuknja jang sekarang tidak boleh tidak saja anggap, dalam teori, keliru dan dalam praktek, berbahaja.
Sekarang saja akan segera mulai dengan masalah jang kita hadapi.

I (Produksi dan Upah)

Alasan Saudara Weston sesungguhnja bersandar pada dua dalil: pertama, bahwa banjaknja produksi nasional adalah suatu hal jang tetap, suatu kwantitet atau besaran konstan, seperti jang mungkin dikatakan oleh ahli² ilmu pasti; kedua, bahwa banjaknja upah riil, jaitu, upah diukur dengan banjaknja barang² jang dapat dibelikannja, adalah djumlah jang tetap, suatu besaran jang konstan.
Sekarang, pertanjaannja jang bertama teranglah salah. Tahun demi tahun saudara melihat, bahwa nilai dan banjaknja produksi bertambah, bahwa daja peoduktif dari kerdja nasional bertambah, dan bahwa djumlah uang jang diperlukan untuk memperedarkan produksi jang bertambah ini selalu berubah. Apa jang benar pada achir tahun, dan pada berbagai tahun diperbandingkan satu sama lain, adalah benar untuk setiap hari rata² dalam tiap tahun. Djumlah atau besarnja produksi nasional selalu berubah. Ia bukanlah suatu besaran jang konstan akan tetapi variabel, dan selain daripada perubahan² dalam penduduk, semestinjalah begitu, oleh sebab adanja perubahan jang terus-menerus dalam akumulasi kapital dan daja produktif dari kerdja. Adalah sama sekli benar, bahwa djika hari ini berlangsung kenaikan dalam tingkat umum upah, maka kenaikan tersebut, apapun akibatnja lebih djauh, pada sendirinja, tidaklah segera mengubah djumlah produksi. Ia, per-tama², akan bertolak pada keadaan jang sedang berlaku. Akan tetapi djika sebelum kenaikan upah produksi nasional adalah variabel, dan tidak tetap, maka ia akan terus variabel dan tidak tetap sesudah ada kenaikan upah.
Akan tetapi misalkan djumlah produksi nasional konstan dan bukan variabel. Dalam hal inipun, apa jang dianggap teman kita Weston sebagai kesimpulan jang logis masih tetap merupakan pernjataan jang tidak beralasan. Djika saja mempunyai djumlah tertentu, misalnja delapan, batas² absolut dari djumlah ini tidak menghalangi bagian-bagiannja untuk mengubah batas² relatif bagian² itu. Djika laba enam dan upah dua, upah boleh bertambah mendjadi enam dan laba berkurang mendjadi dua, dan djumlah seluruhnja masih tetap delapan. Djadi djumlah tetap dari produksi sekali-kali tidak membuktikan adanja djumlah upah jang tetap. Maka bagaimana teman kita Weston membuktikan ketetapan ini? Dengan menjatakannja.
Akan tetapi sekalipun diterima pernjataannja, ini akan melipat kedua djurusan, sedang dia hanja menekannja kesatu djurusan. Djika djumlah upah merupakan besaran jang konstan, maka ia tak dapat dinaikkan atau diturunkan. Maka, djika dalam memaksakan kenaikan upah sementara, kaum buruh berlaku tolol, kaum kapitalis, dalam memaksakan turunnja upah sementara, akan bertindak tidak kurang tololnja. Teman kita Weston tidak membantah bahwa, dalam keadaan tertentu, kaum buruh dapat memaksakan kenaikan upah, akan tetapi oleh sebab djumlahnja sudah kodratnja tetap, maka mestilah ia disusul oleh suatu reaksi. Dilain pihak, dia djuga tahu bahwa kaum kapitalis dapat memaksakan turunnja upah, dan, sesungguhnja, selalu berusaha untuk memaksakannja. Sesuai dengan prinsip ketetapan upah, maka suatu reaksi seharusnja menjusul dalam hal ini, tidak kurang daripada dalam hal jang pertama. Karena itu kaum buruh jang mengadakan reaksi terhadap usaha, atau tindakan, penurunan upah, adalah bertindak tepat. Karena itu mereka akan bertindak tepat dengan memaksakan kenaikan upah, oleh sebab setiap reaksi terhadap penurunan upah adalah aksi untuk kenaikan upah. Sesuai dengan prinsip Saudara Weston sendiri tentang ketetapan upah, maka kaum buruh, dalam keadaan tertentu, seharusnjalah bergabung dan berdjuang untuk kenaikan upah.
Djika dia membantah kesimpulan ini, maka dia melepaskan dalil, jang menimbulkan kesimpulan ini. Dia tidak boleh mengatakan bahwa djumlah upah adalah kwalitet konstan, akan tetapi bahwa, meskipun upah tidak dapat dan tidak boleh meningkat, upah dapat dan boleh turun, bilamana kapital suka menurunkannja. Djika si kapitalis suka menjuruh saudara makan kentang sebagai ganti dari daging, dan haver sebagai ganti dari gandum, maka saudara harus menerima kemauannja sebagai hukum ekonomi politik, dan tunduk kepadanja. Djika disesuatu negeri tingkat upah lebih tinggi daripada dinegeri jang lain, umpamanja, di Amerika Serikat lebih tinggi daripada di Inggris, maka saudara harus menerangkan perbedaan tingkat upah ini oleh sebab adanja perbedaan antara kemauan kapitalis Amerika dan kemauan kapitalis Inggris, suatu tjara jang pasti sangat menjederhanakan bukan sadja studi tentang gedjala² ekonomi, akan tetapi tentang segala gedjala lainnja.
Akan tetapi begitupun, kita masih bisa bertanja, mengapa kemauan kapitalis Amerika berbeda dengan kemauan kapitalis Inggris? Dan untuk mendjawab pertanjaan ini saudara harus melampaui wilajah kemauan. Seorang pendeta bisa menerangkan kepadaku bahwa Tuhan mau sesuatu hal di Perantjis, dan hal lain di Inggris. Djika saja minta kepadanja untuk menerangkan keduaan kemauan ini, dia barangkali, dengan tiada malu, akan mendjawab, bahwa Tuhan mau mempunjai satu kemauan di Perantjis dan satu kemauan lain di Inggris. Akan tetapi teman kita Weston tentu bukan orang jang akan mengadjukan alasan, jang begitu mengingkari samasekali segala akal sehat.
Kemauan kapitalis sudah pasti adalah untuk mengambil sebanjak mungkin. Jang harus kita lakukan bukanlah membitjarakan kemauannja, akan tetapi menjelidiki kekuasaannja, batas² kekuasaan itu, dan watak dari batas² itu.

Share:

Definition List

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Cari Blog Ini

Ordered List

Recent Posts

Unordered List

Featured Post

Tergerusnya gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme

Tergerusnya   gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme Bukan sesuatu yang asing lagi mengenai persoalan perempuan, sejak per...

Pages

Theme Support