Belum Waktunya Pembangunan Kampus
Menjadi Solusi
Pendidikan
adalah salah kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, namun seiring dengan
perkembangan zaman berbagai persoalan dalam dunia pendidikan tidak terhindarkan
lagi. Berangkat dari persoalan komersialisasi pendidikan, menurunnya kwualitas
pendidikan dan bahkan sampai pada eksploitasi peserta didik (Budak Pendidikan).
Jangan Hancurkan Pikiranmu |
Menyebabkan
berbagai respon positif dan negative dari berbagai kalangan mencuak
kepermukaan, memang kita sadari bersama persoalan pendidikan adalah urgensi
yang perlu secepatnya dituntaskan. Karena mengingat pendidikan adalah jantung
dari peradaban manusia, dan mengakses pendidikan adalah hak setiap individu.
Namun kewajiban
Negara dalam memberikan pendidikan terhadap Rakyat masi terabaikan, dapat kita
jumpai Beberapa Daerah yang belum memberikan akses pendidikan terhadap
rakyatnya khususnya dalam jenjang Strata satu (S1).
Hal demikian
terjadi pada Daerah Kab Buol Sulawesi tengah, yang kemudian menjadi baro meter
terhadap pemda Kab Buol. Hingga saat ini masih lalai dalam memberikan akses
pendidikan terhadap rakyat Kab Buol.
Persoalan tersebut
mendapat respon berbagai kelompok pergerakan Kab Buol, sehingga melahirkan
selogan Buol butuh campus. Selogan tersebut sedikit membuat resah penulis dan pada kesempatan kali ini, izinkan
penulis menuangkan keresahannya dalam tulisan ini.
Penulis merasa
bahwa Kab Buol belum membutuhkan kampus saat ini, namun Kab Buol membutuhkan
peradaban Baru. Kita Perlu bercemin pada Daerah-Daerah tetangga yang telah
memiliki Universitas/sekolah tinggi, dengan adanya Universitas/sekolah tinggi
belum mampu menjadi solusi untuk persoalan pendidikan, seperti yang sebutkan di
atas komersialisasi pendidikan, kwualitas pendidikan, dan eksploitasi peserta
didik tidak terjawab dengan ada dan tidak adanya universitas/Sekolah tinggi.
Melainkan penulis
merasa gerakan membangun kampus adalah gerakan berdasarkan analisis sempit,
mengapa demikian.? Karena kita perlu sadari persoalan pendidikan tidak sesempit
lahan kampus. Melainkan persoalan pendidikan adalah persoalan universal yang
perlu dicermati dengan prespektif yang universal pula.
Pembangunan
Universitas/sekolah Tinggi malahan akan menyebabkan tingkat apatis dan
pragmatis akan semakin tinggi, kita dapat melihat tingkat apatis dan pragmatis
dalam beberapa konsolidasi terakhir. Jika kita balik logikanya, akan seperti
apa tingkat apatis dan pragmatis mereka jika Universitas/Sekolah tinggi berdiri
diKab Buol.?
Berikutnya
pembangunan Universitas/Sekolah Tinggi akan menyebabkan tingkat eksploitasi
yang ikut meningkat, dimana nantinya komerialisasi pendidikan tidak dapat
dibendung oleh kelompok Gerakan yang notabene adalah kelompok minoritas.
Selanjutnya
adalah kwualitas pendidikan yang tidak dapat dijamin oleh siapapun, bahkan oleh
Pemda Kab Buol. Jangan sampai gerakan yang berlatar belakang analisis sempit
ini, malahan akan menjerumuskan pemuda kita pada ruang-ruang kebodohan. Secara hitung-hitungan matematika kelompok yang menginginkan
pembangunan Universitas/Sekolah tinggi adalah kelompok minoritas.
penulis
sadar dengan tulisan ini akan banyak
mendapatkan kritikan dan pertanyaan mengenai nasib pemuda yang tidak memiliki
tempat untuk melanjutakan pendidikan sampai pada strata satu (S1), namun
jawabannya adalah membiarkan mereka untuk menempu pendidikan strata satu di
Daerah lain, bukan berati Universitas/Sekolah Tinggi yang berada di Daerah
lain, telah menjawab persoalan pendidikan yang disebutkan diatas.
Jika
persoalannya adalah masalah ekonomi maka biarkanlah mereka melanjutkan
pendidikan strata satu di clas jauh yang terdapat di Daerah Kab Buol. Mengapa demikian.?
Karena kita harus mengerti pendidikan adalah jalan untuk menuju pembebasan,
dengan sedikitnya kesadaran maka pendidikan tidak akan menjadi pembebasan,
melainkan akan menjadi alat untuk menindas.
Namun jika
mereka dibenturkan dengan persoalan yang semakin besar dalam dunia pendidikan,
tidak menutup kemungkinan kesadaran akan terdistribusikan secara merata kepada
mereka. Bahwa persoalan pendidikan terdapat pada system bukan pada gedung.
Berangkat dari
kesadaran diatas, kelompok minoritas yang menginginkan kampus akan menjadi
kelompok mayoritas. Dengan peningkatan jumlah massa, maka dapat merubah
persoalan-persoalan dalam pendidikan Kab Buol, karena perbuahan dapat terjadi
dengan kesadaran yang merata terhadap massa rakyat.
Tetapi tanpa kesadaran merata maka pendidikan
tidak akan menjadi jalan pembebasan, tetapi akan menjadi penindasan massal.
Demikian tulisan
yang dapat disajikan oleh penulis.
Penulis menyadari
dengan keterbatasan yang dimilikinya, maka penulis berharap agar kiranya ada
kritikan dalam mengembangkan prespektif penulis.
0 komentar:
Posting Komentar