Rabu, 24 Januari 2018

Urbanisasi Penduduk bukan Solusi

Urbanisasi Penduduk bukan solusi
Jason Mandagi.
Perkembangan zaman terus berjalan sampai saat ini, dari zaman komune primitive sampai pada zaman kapitalisme saat ini adalah bentuk dari dealektika.
Di era kapitalistik saat ini, hampir rata-rata semua penduduk Indonesia menjadi buruh dan petani, dan dengan berkembangnya alat produksi di suatu industri malah membuat tersingkirnya tenaga-tenaga produktif yang berada di perusahaan, hampir semua tenanga produktif digantikan oleh mesin yang sudah direvolusikan di zaman kapitalisme.
Seiring dengan perkembangan alat produksi yang semakin moderent, maka jumlah pengangguran semakin membludak, rakyat kebingungan untuk mendapatkan uang, ibarat seekor burung kehilangan sangkarnya , kesana kemari membawa surat lamaran kerja, dengan bermodalkan satu lembar kertas ijaza. Tak kenal lelah, tak kenal hujan, panas, debu yang bertumpuk diwajah yang lusu dan kusam.
Tanpa mereka sadari emas mereka yang dirampas, tanah mereka yang di curi, sumber daya alam milik mereka yang di kelola oleh perusahan transnasional, dan mereka sulit mendapat pekerjaan, mereka menjadi budak di negri sendiri, contoh kongkret yang bisa kita lihat hari ini adalah rakyat papua yang sementara memperjuangkan nasib mereka, gunung emas yang ada di timika adalah milik rakyat papua, tapi mereka malah menjadi budak dari perusahaan transnasional.
Dengan keadaan yang mereka alami malah membentuk pola berfikir mereka untuk melakukan urbanisasi. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Ada beberapa factor yang menyebabkan terjadinya urbanisasi.
Faktor penarik
Kehidupan kota yang lebih modern
Sarana dan prasarana kota lebih lengkap
Banyak lapangan pekerjaan di kota
Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi lebih baik dan berkualitas
Faktor pendorong
Lahan pertanian semakin sempit
Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya
Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa
Terbatasnya sarana dan prasarana di desa
Diusir dari desa asal
Memiliki impian kuat menjadi orang kaya
Dan beberapa akibat yang akan terjadi kepada penduduk yang melakukan Urbanisasi, akibatnya sebagai berikut:
Akibat urbanisasi
Terbentuknya suburb tempat-tempat permukiman baru dipinggiran kota
Makin meningkatnya tuna karya (orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap)
Masalah perumahan yg sempit dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan
Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan kerawanan sosial dan criminal
Tanpa mereka sadari memilih untuk melakukan urbanisasi, adalah hal yang dapat merugikan mereka, karena akan  terjadinya penannam politik upah murah. Diskrimanasi terhadapap pekerja akan terjadi karena akan bertambanya  penduduk yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, dan mereka akan memilih dan siap untuk menjadi pekerja out sorsing, atau tenaga kerja kontrak, dan bahkan pekerja out sorsing lebih parah dibanding pekerja kontrak.
Pekerja kontrak memiliki  jaminan kesehatan, tapi pekerja out sorsing tak memiliki jaminan kesehatan, dengan terjadinya urbanisasi di suatu kota maka secara otomatis akan meningkatnya populasi manusia di suatu kota, dan tanpa mereka sadari, mereka akan mengalami krisis ekonomi politik (eko-pol).
Krisis ekopol dapat menyebabkan berbagai macam permasalah yang mucul di tengah-tengah kehidupan sosial budaya (sos-bud), akan semakin banyak manusia yang akan menjadi proletar dan lumpen ploretar. Tak hanya sebatas itu, diskriminasi kaum perempuan akan terjadi, PSK adalah dampak dari krisis ekopol, pelaku criminal adalah dampak dari krisis ekopol.
Meningkatnya populasi masyarakat, secara otomatis akan semakin banyak tenaga produktf siap pakai, persaingan tenaga kerja akan terjadi, dan akan berdampak sampai pada pola pemikiran rakyat pekerja, pemahaman untuk membela perusahaan yang telah mendiskriminasi mereka selama mereka bekerja di perusahaan tersebut adalah satu dampak dari krisis ekopol.
Rakyat pekerja dengan  mudahnya akan di bungkam, karena mereka takut kehilangan pekerjaan mereka, sebab kerja adalah suatu keharusan bagi semua manusia untuk mempertahankan keberlangsungan hidup mereka.
Target eksploitasi ( rate of exploitation) semakin meningkat, dan target empuk kelas kapitalis adalah kaum feminism, dengan memanfaatkan budaya patriarki, sehingga kaum perempuan lebih mudah terekploitasi di banding kaum laki-laki.
Keadaan sosial seperti inilah yang membuat pola berfikir manusia menjadi sempit, dan bahkan cara berfikir para sarjana ikut menjadi sempit, seorang sarjana ekonomi lebih berfikir untuk menjadi seorang buruh, seorang sarajana administrasi Negara lebih banyak berfikir untuk menjadi honorel, rakyat Indonesia di bentuk menjadi mental budak, sarjana cetusan universitas lebih banyak menjadi budak di negri sendiri, dan bahkan menjadi budak di negri orang lain.
Pernah kah kita berfikir bahwa disiplin ilmu yang kita belajar tidak harus menjadi profesi kita, siapa pernah menyangka seorang che goevera sarjana kedokteran malah mampu membangun Negara kuba, siapa pernah menyangkan iya ternyata menjadi meteri perekonomian, iya tak menjadi mentri kesehatan.
Siapa pernah menyangka seorang bill gates yang tak menyelesaikan kuliahnya, ia orang yang sering bolos kuliah, tapi ia mampu menemukan miccrosoft yang sekarang di gunakan oleh kids zaman now, yang di gunakan oleh kalian, sumbangsinya untuk peradaban dunia begitu besar, tapi ia bukann seorang yang rajin masuk kuliah, rajin kerja tugas kampus, nila IPK yang tinggi, tidak, si jenius bill gates seorang yang mampu membuat peradaban dunia dengan kemampuannya, bukan dengan budak, bukan dengan nilai IPK yang tinggi, bukan dengan bimbingan dosen, dan bukan karena bantuan pemerintah.
Bahkan soekarno tidak menjadi revolusioner dari dunia kampus.
Mereka yang saya sebutkan di atas adalah contoh  bahwa pola berfikir kita sekarang  telah di intervensi oleh sistem kapitalis, dan capital.
Sehingga begitu banyak yang berfikir urbanisasi adalah solusi bagi pengangguran, adalah solusi untuk penduduk desa, urbanisasi sebenarnya adalah sistem peninggalan colonial belanda yang telah di perhalus bahasanya, tapi sistem dalam urbanisasi adalah bagian dari politik etis, yang ditanamkan oleh tentara belanda tgl 1 septemmber 1901.
yaitu:
Dedukasi
Irigasi
Imigrasi penduduk
Politik etis adalah politik balas budi yang saat ini menjadi budaya masyarakat Indonesia, semuanya adalah peninggalan colonial belanda yang sempat berkuasa di nusantara selama satu stengah abad, atau 150 tahun.
Silakan mencari kesimpulan dari tulisan di atas.
25 januari 2018, ku duduk, dan merenung.
Berlandaskan tanah, berpayungkan awan.
Di persimpangan kiri jalan, ku berdiri dan menatap tangisan rakyat.
Bagaimana mungkin aku bungkam..?
Jika Negara ini tak adil.
Bagaimana mungkin aku melawan.?
Jika massa tak berteriak.
Bagaimana mungkin aku menang..?
Jika rakyat belum berkuasa.
Kan ku tunggu, rakyat menjadi hakim.
Kau suruh bangun rumah, aku bangun rumah kau malah menggusurnya.
Kau suruh aku makan, aku mau makan kau malah membunuhku.
Kau ini bagaimana..?
Atau aku yang bagaimana..?
Diam bukan lagi emas, sebab emas telah di rampas.
Tiada kata, selain kata LAWAN.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Diberdayakan oleh Blogger.

Sample Text

Cari Blog Ini

Ordered List

Recent Posts

Unordered List

Featured Post

Tergerusnya gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme

Tergerusnya   gerakan feminisme dalam ruang-ruang subjektifisme Bukan sesuatu yang asing lagi mengenai persoalan perempuan, sejak per...

Pages

Theme Support